NICKEL UPDATE

Jadi Raja Nikel Dunia, Kapan Cadangan RI Bakal Habis?

CNN Indonesia
Kamis, 06 Jul 2023 15:41 WIB
Ketahanan cadangan nikel RI jenis saprolit diperkirakan hingga 2047 sementara jenis limonit ditaksir bertahan hingga 2093.
Ketahanan cadangan nikel RI jenis saprolit diperkirakan hingga 2047 sementara jenis limonit ditaksir bertahan hingga 2093. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nikel perlahan menjadi primadona di dunia pertambangan. Untuk saat ini, pemanfaatan nikel masih didominasi untuk kebutuhan pembuatan stainless steel.

Hasil bumi ini makin dicari lantaran munculnya tren peralihan kendaraan bertenaga bensin ke kendaraan berbasis energi listrik. Permintaan pun nikel kian melejit.

Beruntung, Tanah Air ini diberkahi harta karun berupa hasil bumi ini. Indonesia menjadi pemilik cadangan nikel terbesar dunia. Berdasarkan Booklet Nikel 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih nikel RI mencapai 4,5 miliar ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun sumber dayanya diperkirakan jauh lebih besar lagi, yakni 11,7 miliar ton. Sumber-sumber nikel itu 90 persen tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.

Gurihnya potensi nikel RI memikat banyak investor berdatangan ingin menambang hingga membangun pabrik pemurnian (smelter). Kedatangan pemodal asing kian banyak semenjak Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor bijih nikel per Januari 2020, serta menggaungkan hilirisasi komoditas ini.

Sejak itu, investor asing, terutama asal China, berduyun-duyun membangun smelter di timur Indonesia, yang memang surga penghasil nikel.

Di sisi lain, nikel bukanlah komoditas yang bisa diperbaharui. Seperti batu bara, jika terus dieksploitasi terus-menerus maka suatu saat bakalan habis juga.

Lalu, kapan cadangan nikel RI akan habis?

Ketahanan cadangan nikel bisa dihitung berdasarkan teknologi pemurniannya. Nikel terbagi menjadi dua jenis yaitu nikel berkadar tinggi lebih dari 1,5 persen (saprolit) dan berkadar rendah kurang dari 1,5 persen (limonit).

Nikel jenis saprolit diolah dengan smelter teknologi pirometalurgi. Kementerian ESDM mencatat per 2020 cadangan saprolit sebesar 2,6 miliar ton.

Nah, smelter berteknologi pirometalurgi ini mengolah bijih nikel saprolite hingga 95,5 juta ton per tahun. Dengan begitu, umur cadangan nikel jenis saprolit ditaksir hingga 2047.

Sedangkan untuk jenis limonit, cadangannya sebesar 1,7 miliar ton. Pemurniannya melalui smelter berteknologi hidrometalurgi.

Per tahun, smelter hidrometalurgi membutuhkan input bijih nikel jenis limonit sebanyak 24 juta ton. Dari jumlah cadangan dan kebutuhan input bijih nikel per tahunnya itu, jenis limonit diperkirakan ada hingga 2093 atau 70 tahun lagi.

Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) juga punya estimasi hitungan usia cadangan nikel RI. Para ahli memperkirakan cadangan saprolit bakal bertahan sekitar 16 tahun lagi.

Dasar perhitungannya, mengacu pada data Badan Geologi yang melaporkan cadangan saprolit sekitar 3,3 miliar ton, sementara kebutuhan untuk smelter teknologi pirometalurgi (RKEF) saat ini sekitar 215 juta ton per tahun.

Sedangkan, cadangan limonit sebesar 1,67 miliar ton. Adapun kebutuhan pabrik hidrometalurgi (HPAL) sebesar 60 juta ton per tahun.

Dengan begitu, cadangan nikel limonit bisa diperkirakan bakal habis setelah 30 tahun.

"Produk HPAL yang umumnya diarahkan sebagai bahan untuk baterai kenderaan listrik," kata Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli kepada CNNIndonesia.com, Rabu (6/7).

Ia menjelaskan smelter untuk mengolah nikel jenis limonit masih sedikit. Karena itu, cadangannya belum banyak dieksploitasi.

"Untuk limonit baru 4 pabrik (smelter) yang beroperasi. Karena modal atau capex (capital expenditure) yang relatif mahal," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(pta/dzu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER