Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang Rachmat Gobel ikut bersuara keras soal dugaan penyelundupan 5,3 juta ton bijih nikel ke China dalam 2,5 tahun belakangan ini.
Ia mengatakan itu adalah perusakan luar biasa dan masalah serius yang harus segera dihentikan.
"Bagaimana sampai terjadi ekspor ilegal hingga jutaan ton dalam 2,5 tahun," katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan di Jakarta, Senin (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar masalah itu segera bisa diselesaikan secara tuntas, Gobel meminta kepada kepada Komisi VII dan Komisi XI untuk segera memanggil semua stake holders untuk menggelar rapat gabungan soal masalah penyelundupan nikel ini.
Pasalnya, kalau masalah ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin kekayaan alam Indonesia justru akan dihabiskan untuk kemakmuran bangsa lain.
"Ini persoalan sangat serius. Sebagai bentuk pertanggungjawaban publik dan sesuai amanat konstitusi sebagai lembaga pengawas, maka DPR harus membuat terang masalah ini. Indonesia adalah negara hukum. Apalagi ini melawan kebijakan Presiden tentang hilirisasi," katanya, Senin, 3 Juli 2023.
Informasi soal penyelundupan 5,3 juta ton bijih nikel ke China disampaikan Koordinator Supervisi Wilayah V KPK Dian Patria. Penyelundupan terjadi pada periode Januari 2020 hingga Juni 2022.
Menurut Dian, terdapat selisih nilai ekspor bijih nikel ke China sebesar Rp 14,5 triliun. Namun selisih royaltinya Rp 575 miliar. Data itu ia peroleh dengan membandingkan data di Badan Pusat Statistik dan di laman bea cukai China (General Administration of Customs People Republic of China).
Penyelundupan terjadi setelah pemerintah melalui Permen ESDM No. 11 Tahun 2019 Tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral Dan Batubara melarang ekspor nikel ore supaya bisa diolah untuk kemakmuran rakyat.
Gobel mengatakan masih terjadinya penyelundupan bijih nikel itu adalah momentum bagi DPR untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan pemerintah dalam mengelola tambang mineral, seperti timah, bijih besi, batu hitam, batubara, bauksit, nikel, dan lain-lain.
Ia mengatakan saat ini dunia sedang berebut nikel karena keterbatasan cadangan. Nikel sekarang ini juga jadi rebutan karena menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
Karena itu katanya, nikel harus mendapat perhatian khusus. Pasalnya, kalau dibiarkan tidak terkontrol, cadangan nikel Indonesia akan habis pada 2031 nanti .
"Jadi walaupun Indonesia memiliki cadangan terbesar di dunia, jika kita tak pandai mengelolanya maka nantinya yang memiliki nikel terbesar di dunia bukan Indonesia. Mereka yang mengimpor dari Indonesia bisa menyimpannya dan memprosesnya untuk kebutuhan bermacam industrinya dan memajukan ekonominya," katanya.