Harga Minyak Naik Imbas Konflik di Libya, Sentuh US$81 per Barel
Harga minyak naik pada Jumat (14/7) berkat pasokan yang lebih terbatas akibat masalah di Libya dan Nigeria.
Selain itu, harga minyak juga dipengaruhi penurunan inflasi di Amerika Serikat, yang diharapkan dapat mengakhiri kenaikan suku bunga di ekonomi terbesar dunia.
Mengutip Reuters, kontrak berjangka minyak mentah Brent naik 27 sen, atau 0,3 persen menjadi US$81,63 per barel pada pukul 00:28 GMT.
Lihat Juga : |
Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 35 sen, atau 0,5 persen menjadi US$77,24.
Harga konsumen AS naik sedikit pada Juni dengan tingkat kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun, karena inflasi terus mereda.
Harga produsen juga naik sedikit pada Juni, dan kenaikan tahunannya adalah yang terkecil dalam hampir tiga tahun.
Kedua indikator tersebut memberikan harapan bagi pasar bahwa Federal Reserve AS mungkin lebih dekat untuk mengakhiri kampanye pengencangan kebijakan moneter tercepat sejak 1980-an.
"Sentimen risiko positif melanda pasar, didorong oleh data yang menunjukkan perlambatan tekanan harga di AS, yang meningkatkan harapan bahwa Fed mungkin 'selesai' dengan kenaikan suku bunga tambahan," kata ANZ Research dalam catatan kliennya.
Sebelumnya, sejumlah ladang minyak di Libya ditutup dalam protes oleh suku setempat terhadap penculikan seorang mantan menteri.
Terpisah, Shell telah menghentikan muatan minyak mentah Nigeria, Forcados, karena potensi kebocoran di sebuah terminal.
Protes di Libya saja dapat mengurangi lebih dari 250.000 barel minyak per hari dari pasaran, kata ANZ Research.
"Ini terjadi di tengah tanda-tanda bahwa pemotongan pasokan baru-baru ini dari Arab Saudi dan Rusia sedang berdampak," tambahnya.
Arab Saudi dan Rusia, eksportir minyak terbesar di dunia, setuju untuk memperdalam pemotongan produksi minyak yang sudah berlaku sejak November tahun lalu, yang memberikan dukungan lebih lanjut pada harga minyak mentah.