ANALISIS

Ditikung Lagi, Mengapa Tesla Tak Kunjung Investasi di Indonesia?

CNN Indonesia
Selasa, 25 Jul 2023 07:35 WIB
Banyak penyebab mengapa Elon Musk tak kunjung investasi di Indonesia penguasaan nikel oleh perusahaan smelter China hingga masalah ekspor ilegal.
Banyak penyebab mengapa Elon Musk tak kunjung investasi di Indonesia penguasaan nikel oleh perusahaan smelter China hingga masalah ekspor ilegal. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai investasi Tesla tak serta merta bisa terealisasi meski Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.

Berdasarkan Booklet Nikel 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih nikel RI mencapai 4,5 miliar ton.

Meski memiliki cadangan besar, Bhima menyebut rantai pasok nikel RI saat ini lebih banyak oleh perusahaan smelter China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah Tesla mau beli dari mana pengolahan nikelnya untuk jadi bahan baku baterai?" kata Bhima.

Selain itu, Tesla juga mulai mengurangi porsi nikel dan mencari alternatif bahan baku lainnya. Salah satu pertimbangannya karena proses nikel di tambang maupun smelter dianggap berkontribusi terhadap emisi karbon.

Sedangkan di Indonesia, banyak smelter yang menggunakan PLTU batu bara sehingga Tesla yang memegang prinsip environmental, social, and governance (ESG) merasa Indonesia belum mampu menerapkan prinsip itu.

Faktor lainnya adalah kasus ekspor nikel ilegal yang baru-baru ini terungkap. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan terjadi penyelundupan 5 juta ton bijih nikel ke China sejak 2021 lalu.

Bhima menilai kasus itu membuat investor termasuk Tesla kurang berminat untuk masuk ke rantai pasok nikel Indonesia. Ia menyebut investor sekelas Tesla harus menjamin traceability di mana semua bahan baku untuk kendaraan listrik harus dihasilkan dari nikel yang mematuhi aturan.

"Jadi kalau masih ada kasus di Indonesia ekspor ilegal nikelnya masih tinggi sekali itu bisa memperburuk citra dari Tesla," kata Bhima.

Selain itu, Tesla dinilai lebih tertarik berinvestasi di negara lain seperti India karena memiliki SDM yang kompeten.

Sedangkan di Indonesia masih terjadi gap antara keahlian yang dimiliki lulusan lembaga pendidikan dengan keterampilan yang dibutuhkan industri.

Bhima menilai Tesla juga akan mempertimbangakan prospek Indonesia dalam mengembangkan industri kendaraan listrik.

Jika berinvestasi, Tesla pasti ingin menjadikan RI sebagai basis pasar, namun kenyataannya permintaan terhadap kendaraan listrik di Indonesia saat ini belum tinggi. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari program subsidi mobil dan motor listrik yang sepi peminat.

"Ini menjadi pernyataan, kalau Tesla bangun pabrik dan pasarnya adalah Indonesia, ternyata adopsi dari mobil listrik juga tidak tinggi," katanya.

Alih-alih baterai kendaraan listrik, Bhima justru menilai potensi Indonesia yang sebenarnya dilihat Tesla adalah energy storage system (ESS) atau sistem penyimpanan energi.

ESS bisa menyimpan sejumlah bentuk energi yang bisa diambil di waktu tertentu untuk berbagai kepentingan. Biasanya, ESS yang dikembangkan termasuk oleh Tesla, berbasis elektrokimia dengan menggunakan baterai litium.

Bhima mengatakan mungkin Tesla lebih tertarik berinvestasi di sektor ESS karena Indonesia punya potensi energi terbarukan yang besar tetapi banyak pulau-pulau kecil dan terluar yang belum memiliki transmisi yang baik. Maka dari itu dibutuhkan baterai ESS sebagai wadah untuk menyimpan energi itu.

"Jadi pemerintah jangan sampai salah membaca minat Tesla dan harus menyiapkan tim teknis untuk follow up komitmen investasi Tesla," katanya.



(fby/dzu)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER