Cerita Sri Mulyani Tabung Uang di Bawah Koran Saat Kuliah

CNN Indonesia
Senin, 14 Agu 2023 13:21 WIB
Menkeu Sri Mulyani bercerita sisa uang saku kuliahnya tak pernah dimasukkan ke tabungan tapi hanya disimpan di bawah koran tempat ia menyimpan baju.
Menkeu Sri Mulyani bercerita sisa uang saku kuliahnya tak pernah dimasukkan ke tabungan tapi hanya disimpan di bawah tempat ia menyimpan baju. (REUTERS/KIM HONG-JI).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani bercerita soal cara menabung semasa ia berkuliah di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 80-an silam.

Tak seperti sekarang, Sri Mulyani menuturkan saat ia berkuliah mahasiswa seangkatannya belum mengenal teknologi penunjang investasi seperti handphone. Tak hanya itu, instrumen untuk berinvestasi juga terbatas.

Ia juga mengatakan saat itu teknologi m-banking belum ada. Oleh karena itu, Sri Mulyani perlu mengambil uang kiriman orang tuanya di kantor pos.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dulu mahasiswanya kos-kosan uang sakunya dari orang tua almarhum hanya Rp15 ribu per bulan kalau dapat dari Pos. Kantor pos, bukan ditransfer seperti mobile banking," ucap Sri Mulyani dalam acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT), Senin (14/8).

Karena teknologi masih terbatas, ia pun lantas menabung uang tersebut dengan cara lama. Sri Mulyani menaruh uangnya di lemari pakaian.

"Enggak tak masukin ke tabungan, masuklah di lemari, ditaruh di bawah koran tempat baju saya," ucapnya.

Bendahara negara mengatakan zaman sudah berubah. Saat ini anak muda disuguhi berbagai kemudahan untuk pengiriman uang dan investasi.

Menurutnya, anak mudah zaman sekarang sudah terbiasa menggunakan m-banking. Saking seringnya menggunakan m-banking, kata dia, anak mudah jarang melihat uang fisik.

Selain itu, anak muda juga kerap tidak sadar berapa uang yang masuk dan berapa yang keluar. Karenanya, pengelolaan keuangan pun jadi tak terkontrol.

"Tiba-tiba kalau habis minta saja (ke orang tua) nggak pernah menghitung. Kalau aku dulu karena uangnya fisik ya dilihat 'Oh buat naik bemo berapa, makan siang berapa, masih sisa berapa?' Jadi konteksnya berubah," kata Sri Mulyani.

Oleh karena itu, ia juga mengingatkan agar anak mudah selalu melek terhadap literasi keuangan.

"Jadi kami mengetahui bahwa sekarang perubahannya sangat cepat. Pilihannya luar biasa anak-anak ini di pasar keuangan," ucap Sri Mulyani.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan indeks literasi keuangan mencapai angka 49,68 persen pada 2022. Sementara, indeks inklusi keuangan mencapai angka 85,10 persen.

[Gambas:Video CNN]

Adapun untuk 2023, pemerintah menargetkan indeks literasi keuangan dapat meningkat menjadi 53 persen dan inklusi keuangan sebesar 88 persen.

"Dari angka 2022 dan target 2023 tersebut, masih terdapat gap yang perlu diseimbangkan antara inklusi dengan literasi," kata Purbaya.

Menurutnya, pada satu sisi penetrasi produk dan jasa keuangan telah berkembang cukup pesat, tetapi di sisi lain, pemahaman atas risiko-risiko yang menyertai belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat.

Guna mendorong pencapaian target literasi dan inklusi keuangan tersebut, dibutuhkan strategi yang terintegrasi dan intensif.

Purbaya mengatakan pemerintah juga perlu memberikan pemahaman mengenai produk industri keuangan nasional, termasuk aspek pengelolaan risiko produk industri keuangan nasional.

(mrh/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER