Presiden Jokowi berencana menarik utang Rp648,1 triliun pada 2024. Tujuannya, untuk menekan defisit hingga membiayai investasi di Tanah Air.
Berdasarkan Buku II Nota Keuangan RAPBN 2024, penarikan utang ini lebih tinggi dari outlook APBN 2023 yang sebesar p406,4 triliun. Tetapi lebih rendah dari realisasi 2022 sebesar Rp696 triliun.
"Pada 2024, kondisi perekonomian diharapkan semakin pulih ditopang pemulihan ekonomi negara Asia termasuk China dan India. Hal ini diharapkan dapat mendorong ekonomi domestik tumbuh semakin solid dan mendorong peningkatan penerimaan negara sehingga defisit APBN dapat ditekan kembali dan pembiayaan utang semakin menurun," tulis buku tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, jika dilihat ke belakang, penarikan utang ini jauh lebih rendah dari pada 2021 saat pandemi covid-19. Pada saat iu, Pemerintahan Jokowi menarik utang hingga Rp1.229,6 triliun dan pada 2021 sebesar Rp870,5 triliun.
Pada 2024 ini, penarikan utang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp666,4 triliun dan pinjaman sebesar Rp18,4 triliun.
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan meski sudah punya rencana menarik utang Rp648 triliun, pemerintah tak akan ugal-ugalan.
Ia mengatakan pemerintah akan selalu berhati-hati dalam menarik utang karena kondisi ekonomi global sekarang ini sedang tak menentu.
"Untuk pembiayaan dengan defisit Rp522 triliun, kita akan lakukan secara hati-hati karena kita sampaikan environment global akan semakin unpredictable," katanya dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RAPBN 2024 di Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta Selatan, Rabu (15/8).
"Pada 2020, pembiayaan (utang) kita sampai Rp1.193 triliun. Ini karena pada pandemi (covid-19) pendapatan kita turun, belanja naik. Kita alami situasi tidak mudah dan sekarang relatif sangat bisa dikelola atau sehat," sambung Ani.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan dalam Buku APBN KiTA edisi Agustus, utang pemerintah pusat hingga 31 Juli 2023 tercatat sebesar Rp7.855,53 triliun yang terdiri dari SBN sebesar Rp6.985,2 triliun dan pinjaman sebesar Rp870,33 triliun.