Inovasi Pertamina Dukung Transisi Energi di Indonesia

Pertamina | CNN Indonesia
Rabu, 23 Agu 2023 16:15 WIB
Sebagai BUMN di sektor energi Pertamina terus mengembangkan teknologi untuk dekarbonisasi operasional dalam rangka mendukung transisi energi di Indonesia.
Senior Vice President Research Technology & Innovation PT Pertamina (Persero) Oki Muraza saat menghadiri acara Sustainability Summit B20 di New Delhi India. (Foto: Arsip Pertamina)
Jakarta, CNN Indonesia --

Senior Vice President Research Technology & Innovation PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengatakan, sebagai BUMN energi Pertamina terus mengembangkan teknologi untuk dekarbonisasi operasional dalam rangka mendukung transisi energi di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Oki disela-sela keikutsertaannya dalam Sustainability Summit B20 yang berlangsung di New Delhi India, pada 22 sampai 27 Agustus 2023.

Untuk itu, kata Oki, dekarbonisasi operasional Pertamina difokuskan pada pengembangan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS/CCS) dan Biofuel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertamina mempunyai inisiatif untuk menerapkan CCS atau CCUS melalui teknologi injeksi CO2 pertama kali di Lapangan Jatibarang, Jawa Barat," kata Oki dalam keterangannya dikutip Rabu (23/8).

Menurut Oki, teknologi ini mampu meningkatkan produksi minyak dan gas bumi melalui CO2-EOR. "Sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan," ujar Oki.

Selanjutnya, kata Oki, selain teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon untuk mendukung transisi energi, Pertamina juga berkomitmen mengembangkan Bio Refinery atau Green Refinery untuk menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

"Kilang-kilang hijau itu mengolah bahan baku terbarukan seperti minyak sawit (RBDPO) hingga bekas minyak goreng (UCO)," katanya.

Oki merinci, saat ini Bio Refinery Pertamina yang telah beroperasi antara lain Bio Refinery Cilacap dan Bio Refinery Dumai yang memproduksi HVO (Hydrotreated Vegetable Oil), Green Gasoline dan Bio Refinery Plaju dan Bio Refinery Cilacap, Green Diesel di Bio Refinery Dumai, serta Green AvturJ2 di Bio Refinery Cilacap.

"Kami juga ingin menerapkan bioetanol, dengan berbagai bahan baku, termasuk dari limbah kelapa sawit seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit," imbuh Oki.

Dalam kesempatan ini Oki mengatakan, pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik telah berdampak besar pada volatilitas harga energi secara global, kekurangan pasokan, masalah keamanan dan ketidakpastian ekonomi yang menyebabkan fokus jangka pendek transisi energi bergeser ke ketahanan energi.

"Negara maju fokus pada keberlanjutan, sedangkan negara berkembang lebih fokus pada keamanan dan keterjangkauan energi, karena menjadi katalis pertumbuhan ekonomi," tandasnya.

Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG's).

Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

(inh/inh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER