Bos BI Prediksi Ekonomi China Melempem, AS Menguat

CNN Indonesia
Jumat, 25 Agu 2023 11:27 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan perekonomian dunia mengalami sejumlah perubahan, terutama soal perlambatan pertumbuhan ekonomi China.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan perekonomian dunia mengalami sejumlah perubahan, terutama soal perlambatan pertumbuhan ekonomi China. (CNN Indonesia/Anggi Kusumadewi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan laju perekonomian dunia akan mengalami sejumlah perubahan, terutama soal perlambatan pertumbuhan ekonomi China.

Perry memprediksi ke depan pertumbuhan ekonomi China tak lagi pesat, bahkan cenderung melemah.

Padahal, China merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat dan tinggi di dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam beberapa dekade terakhir, China bahkan bisa menjadi negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia.

Kendati demikian, Perry menuturkan laju perekonomian global secara keseluruhan tetap sama dengan perkiraan tumbuh sebesar 2,7 persen sepanjang 2023 ini.

"Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi Tiongkok (China) lebih rendah akibat keyakinan pelaku ekonomi yang melemah serta utang rumah tangga yang tinggi sehingga menurunkan konsumsi dan kinerja properti yang turun yang berdampak pada investasi (China)," ujar Perry dalam konferensi pers, Kamis (24/8).

Saat ini, perekonomian China memang terus menunjukkan tanda-tanda tengah "sakit". Mulai dari nilai tukar yuan merosot ke level terendah dalam 16 tahun terakhir, pengangguran yang makin banyak, hingga konglomerat properti yang mulai tumbang.

 Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan lebih baik dari prediksi sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja konsumsi yang membaik serta ditopang oleh kenaikan upah dan pemanfaatan tabungan yang tinggi (excess saving).

Sementara itu, ekonomi Eropa diperkirakan sama dengan China yang juga melemah pada tahun ini. Kondisi tersebut dipicu oleh dampak eskalasi ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung sampai saat ini.

Dari sisi inflasi, tekanan di negara maju masih tinggi dipengaruhi perekonomian yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat. Sedangkan inflasi di negara berkembang telah menurun.

"Berbagai perkembangan tersebut semakin menaikkan ketidakpastian pasar keuangan global dan mendorong aliran modal ke negara berkembang lebih selektif," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(ldy/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER