Luhut-Sri Mulyani Bocorkan Alasan RI Hati-hati Pensiunkan PLTU

CNN Indonesia
Jumat, 08 Sep 2023 06:34 WIB
Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dan Menkeu Sri Mulyani tak ingin rencana mempensiunkan PLTU batu bara mengganggu perekonomian Indonesia.
Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dan Menkeu Sri Mulyani tak ingin rencana mempensiunkan PLTU batu bara mengganggu perekonomian Indonesia. (REUTERS/STAFF).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani tak ingin rencana mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara mengganggu perekonomian Indonesia.

Luhut menyebut ekonomi Indonesia saat ini sangat baik. Namun, pertumbuhan tersebut berisiko terganggu jika pemerintah salah langkah.

"Kami harus hati-hati, kami tidak mau mengganggu pertumbuhan ekonomi karena masalah perubahan iklim ini," katanya dalam Indonesia Sustainability Forum 2023 Gala Dinner di Park Hyatt, Jakarta Pusat, Kamis (7/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu juga yang terus saya katakan kepada John Kerry (Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Iklim). Kami serius melakukan ini, tapi kalian harus paham bahwa kami tidak mau pertumbuhan ekonomi kami bermasalah," imbuh Luhut.

Ia pun menyinggung soal janji manis negara maju mendukung upaya transisi energi Indonesia. Luhut menegaskan semuanya bisa dimulai melalui dana transisi energi alias Just Energy Transition Partnership (JETP) sebesar US$20 miliar yang belum kunjung cair.

Senada, Menkeu Sri Mulyani menegaskan Indonesia butuh banyak dana jika ingin mematikan PLTU batu bara. Ia menyebut pemerintah saat ini masih terus berdiskusi intens bagaimana dampaknya kepada perekonomian.

"Seperti yang disampaikan Pak Luhut, (ekonomi) kami terus bertumbuh dan elastisitas permintaan energi akan semakin tinggi. Jadi, setiap 5 persen pertumbuhan ekonomi, akan ada pertumbuhan energi yang semakin besar," jelasnya.

Ani, sapaan akrabnya, mengatakan ada dua upaya yang sedang ditempuh. Pertama, menggenjot investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT).

Kedua, rencana pensiun dini PLTU batu bara.

"Saat kami diskusi bersama United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dalam Conference of the Parties (COP) 26 di Glasgow, diperkirakan Indonesia butuh US$280 miliar (sekitar Rp4.290 triliun) untuk menurunkan emisi karbon lebih dari 42 persen," tutur Ani.

Melihat besarnya dana yang dibutuhkan, Sri Mulyani menekankan pentingnya dukungan internasional. Ia pun menyinggung dampak pensiun dini PLTU batu bara kepada keuangan PT PLN (Persero).

Jika sejumlah PLTU batu bara ditutup, maka akan timbul stranded asset alias aset mangkrak. Maka, harus ada penggantinya, termasuk kehadiran pembangkit listrik EBT.

"Energi baru memerlukan capex (pengeluaran modal), di mana saat ini suku bunga atau bunganya tinggi," tandas Ani.

[Gambas:Video CNN]



(skt/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER