Di sisi lain, pengamat pangan IPB Dwi Andreas Santosa menilai kecil kemungkinannya jika impor dari China. Menurutnya, stok beras impor Indonesia saat ini sudah cukup.
"China itu bukan negara eksportir beras. Dalam arti, China produksi beras mereka, ya untuk konsumsi dalam negeri. Jadi untuk itu tidak pernah ada catatan bahwa China itu sebagai salah satu yang ekspor beras," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/9).
Menurutnya, China belum tercatat sebagai negara eksportir beras hingga saat ini. Sebab itu, ia menilai kabar pemerintah bakal impor beras dari China masih belum jelas apakah akan terealisasi atau tidak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Enggak tau itu bisa terealisasi atau tidak. Itu pun kan saya kurang tahu apakah itu sudah diputuskan melalui rapat koordinasi terbatas atau hanya sekedar wacana yang disampaikan oleh Bulog," ucap Dwi lebih lanjut.
Kendati ia menilai sebetulnya Indonesia tak perlu ada tambahan impor. Jika benar terealisasi, hal ini akan sangat merugikan para petani yang tengah menikmati harga yang baik.
"Untuk itu pemerintah yang jaga. Jangan impor saja yang dibahas, pertahankanlah harga yang baik saat ini. Kalau harga yang baik saat ini bisa dijamin terus oleh pemerintah sampai panen raya tahun depan, petani akan sangat berterima kasih ke pemerintah. Lalu, pasti produksi 2024 naik, saya pastikan," tegas dia.
Sebelumnya, Budi Waseso mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan penambahan jumlah impor beras. Instruksi itu dilakukan karena produksi beras dalam negeri memang sedang menurun.
Terpantau, harga beras kian melambung sejak awal 2023. Apalagi, dalam dua bulan belakangan harganya nyaris menyentuh Rp15 ribu per kg.
Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan menyebut harga beras khususnya medium dan premium, telah melonjak sangat tinggi.
"Setiap pekan harganya melonjak. Dan yang tertinggi justru di wilayah Indonesia Timur, Rp14 ribu-Rp15 ribu. Itu untuk yang medium saja ya," ujar Reynaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (19/9) lalu.
Menurutnya, harga beras naik karena cadangan dari Bulog belum mampu menutupi kebutuhan rata-rata nasional. Apalagi, beberapa hektare pertanian gagal panen karena faktor iklim el nino.
Di sisi lain, Jokowi memastikan stok beras pemerintah aman untuk menjaga stabilitas harga di pasaran. Ia mengungkapkan saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog ada 1,6 juta ton. Jumlah tersebut akan bertambah 400 ribu ton menjadi 2 juta ton.
"Biasanya stok kita itu hanya 1,2 (juta ton). Normal 1,2 juta (ton). Ini kita memiliki 2 juta (ton) sehingga kita tidak usah khawatir," ujar Jokowi saat meninjau Gudang Bulog Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin (11/9) silam.
Adapun upaya jangka pendek pemerintah dalam menekan harga beras adalah membagikan bantuan sosial (bansos) pangan.
Bansos pangan diberikan kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) sebanyak 10 kg setiap bulan atau 30 kg selama September hingga November 2023.