Jokowi Targetkan 61 Waduk Rampung Hingga 2024
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan 61 waduk dibangun hingga tahun depan untuk menjaga ketahanan pangan.
"Total waduk kita kurang lebih nanti plus 230 berarti 300-an waduk," kata Jokowi di acara Rakernas IV PDIP di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (29/9).
Ia mengatakan jumlah waduk tersebut masih sangat kecil dibandingkan Korea Selatan dan China. Jumlah tersebut belum sampai 10 persen dari yang dimiliki kedua negara itu.
"Artinya masih perlu kerja keras untuk menyelesaikan infrastruktur yang berkaitan pangan," katanya.
Jokowi menyebut pangan menjadi kunci di tengah meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maupun global. Karenanya, rencana yang detail harus disiapkan dalam lima hingga 10 tahun ke depan.
"Sehingga jelas berapa waduk yang harus kita siapkan, berapa embung yang harus kita siapkan, berapa kilometer irigasi yang harus kita siapkan," imbuhnya.
Jokowi sebelumnya mengatakan butuh inovasi-inovasi besar untuk menghadapi tantangan di masa depan, salah satunya menghadapi potensi krisis pangan. Menurutnya, permasalahan pangan dunia bisa menjadi peluang bagi Indonesia jika membuat terobosan.
"Kita perlu inovasi besar-besaran yang bisa menjadi terobosan, yang bisa menjadi langkah besar kita ke depan itu seperti apa, untuk menjadikan permasalahan pangan dunia sebagai peluang Indonesia untuk menjadi lumbung pangan. Ada kesulitan, ada krisis, tapi itu juga bisa menjadi sebuah peluang," kata Jokowi di acara Dies Natalis Ke-60 Institut Pertanian Bogor, Jumat (15/9).
Ia pun mengatakan sebuah ide belum bisa dikatakan sebagai inovasi jika tidak 'gila'. Menurut Jokowi, inovasi semestinya bukan hal yang biasa-biasa saja.
"Menurut saya, belum bisa dibilang inovasi jika belum kita ini rada-rada gila gitu. Belum bisa dibilang inovasi jika kita belum dibilang out of mind. Belum bisa dibilang inovasi jika belum dibilang tidak mungkin, karena inovasi semestinya memang bukan hal yang biasa-biasa saja," katanya.
Dalam konteks pangan, ia mencontohkan soal upaya meningkatkan produksi beras dari 5,9 ton menjadi 6 ton per hektare. Ia menyatakan hal itu bukan sebuah inovasi. "Ada inovasi baru hanya 6 ton, bukan inovasi. Kalau tadi yang dibilang Pak Rektor, Prof Arif (Arif Satria) tadi 10 (ton) atau 12 (ton) itu baru inovasi," katanya.