Fakta Krisis Pangan yang Diungkap Jokowi dan Ganjar di Rakernas PDIP
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan bakal calon presiden PDIP Ganjar Pranowo mengungkap sejumlah fakta tentang krisis pangan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDIP.
Jokowi dan Ganjar sama-sama membedah penyebab yang memicu krisis pangan dunia. Mereka pun menggagas sejumlah hal untuk mengatasinya.
Gara-gara perubahan iklim
Jokowi menilai krisis pangan dunia dipicu perubahan iklim global. Jokowi menyoroti kenaikan suhu bumi.
Dia menyebut hal itu dibarengi dengan kekeringan dan kemarau panjang di beberapa negara. Menurutnya, Indonesia tak lepas dari dampak perubahan iklim itu.
"Dan Super El Nino yang ada di 7 provinsi di negara kita juga mempengaruhi pasokan pangan pada rakyat kita," kata Jokowi pada Rakernas IV PDIP di Jakarta, Sabtu (30/9).
Negara-negara setop ekspor pangan
Dia juga menyoroti soal keputusan 22 negara mengekspor bahan pangan. Jokowi menilai hal ini akan mengganggu rantai pasok pangan dunia.
Jokowi juga mengulang kembali cerita 207 ton gandum yang tak bisa diekspor ke seluruh dunia karena perang Ukraina dengan Rusia. Dia menyebut hal itu membuat banyak negara di Asia dan Afrika kelaparan.
"Harga yang naik secara drastis dan bahkan kemarin saya membaca di sebuah berita di satu negara maju di Eropa anak-anak sekolah banyak yang sudah tidak sarapan," ucap Jokowi.
Jokowi minta Ganjar bersiap
Dia berpendapat Indonesia perlu visi taktis untuk menghadapi krisis pangan 5-10 tahun ke depan. Jokowi ingin Ganjar sebagai bacapres mempersiapkan langkah-langkah untuk mengatasinya.
"Tadi saya bisik-bisik ke beliau, 'Pak, nanti habis dilantik, besoknya langsung masuk kedaulatan pangan, enggak usah lama-lama. Perencanaannya disiapkan sekarang, begitu dilantik besok, langsung masuk ke kerja kedaulatan pangan,'," ujarnya.
Sawah-sawah hilang
Salah satu poin pidato Ganjar adalah soal keberlangsungan lahan-lahan subur. Dia menyoroti penyusutan 650 ribu hektare sawah setiap tahun.
"Biarkan sawah kita tetap menjadi sawah, biarkan embung tetap menjadi embung yang akan memenuhi kebutuhan air, dan biarkan laut itu hidup dan menjadi tempat ikan-ikan berenang karena itu akan menjadi sumber pangan kita juga," ujar Ganjar.
Makanan seragam
Ganjar ingin tak ada penyeragaman pangan dari Sabang sampai Merauke. Menurutnya, biarkan makanan pokok di setiap daerah berbeda-beda.
Dia menyebut diversifikasi pangan menjadi kunci menghadapi krisis. Ganjar menyebut Indonesia punya sumber pangan variatif.
"Biarkan yang makan papeda tetap makan papeda. Biarkan yang makan tiwul tetap makan tiwul, dan yang makan beras juga makan beras," ucapnya.
Modernisasi pengelolaan pangan
Ganjar mengatakan perlu ada modernisasi dalam pengelolaan pangan. Dia menekankan pada data sebaran pangan di seluruh Indonesia.
"Ternyata satu data ini kita bisa menggunakan teknologi AI(artificial intelligence, kecerdasan buatan). Kita tahu mana tanah yang oke, berapa Ph-nya, tanaman apa, bibit mana yang harus dicukupi dengan kebutuhan benih yang mesti kita bisa bangun sendiri," ucap Ganjar.
(dhf/bac)