Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya dua pesan utama kepada calon penggantinya di 2024, yakni tiru kesuksesan Guyana, serta jangan memulai semuanya dari nol.
Jokowi mengaku mengamati kiprah negara-negara Amerika Latin yang sejak 1950-an berstatus negara berkembang. Banyak negara di kawasan tersebut tetap menjadi emerging country, bahkan ada yang jatuh miskin. Hanya satu yang menurutnya sukses, yakni Guyana.
Pemerintah dan pihak swasta negara di Amerika Selatan itu diklaim Jokowi mampu bergotong royong, terutama dalam mengolah potensi minyak, yang menjadikan mereka kaya raya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, jangan sampai, di sini tuh (Indonesia) kadang-kadang swasta juga pengin mengatur (negara). Yang tertawa itu pasti sudah pernah mengatur. Enggak, yang benar itu silakan garap swasta, tapi pemerintah fasilitasi dan mengatur. Kini, Guyana menjadi negara pertumbuhan ekonomi tercepat, di 2022 mencapai 62 persen karena swasta dan pemerintah bergandengan," tuturnya di hadapan 100 CEO di Kawasan IKN, Kalimantan Timur, Kamis (2/11).
Lalu, ia merinci soal cadangan mineral hingga potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang melimpah. Ada peluang 23 ribu megawatt (MW) listrik dari Sungai Mamberamo, Papua, hingga 29 ribu MW energi panas bumi.
Jokowi juga mencontohkan salah satu cita-citanya agar ekosistem kendaraan dan baterai listrik terbangun di Indonesia, bahkan merajai dunia. Ia mengaku tidak mudah mengintegrasikan cadangan nikel, bauksit, hingga bahan-bahan mentah lainnya.
Meski punya segambreng kekayaan alam, Jokowi mengatakan Indonesia sulit mengintegrasikannya. Menurutnya, Indonesia akan mengalami lonjakan perekonomian jika seluruh kekayaan alamnya terintegrasi.
"Itu bolak-balik saya sampaikan. Itu ada dalam 3 kali kepemimpinan nasional ke depan dan itu yang juga sering disampaikan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), McKenzie. Saya suruh hitung lagi oleh Bappenas. Kesempatan dan peluang itu ada, tapi tantangannya juga tidak ringan. Butuh konsistensi," jelasnya.
"Keberlanjutan, karena dari yang saya pelajari dari kepemimpinan kita itu selalu sudah SMP, ganti pemimpin balik ke TK, balik lagi ke SD. Sehingga selalu dimulai dari nol, kayak kita beli bensin di pom bensin, 'dari nol pak, pak sudah nol pak'. Apa kita mau seperti itu terus? Enggak bisa. Kalau sudah SMP mestinya bisa masuk ke SMA, S1, S2, S3, S4, S5, dan S6," ujarnya.
Jokowi lantas memastikan keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara meski nanti dirinya lengser pada Oktober 2024. Ia meminta para pengusaha dan calon investor tidak khawatir dengan gejolak Pilpres 2024 dan nasib IKN di tangan presiden selanjutnya.
Lihat Juga : |
Ini sekaligus menjawab kekhawatiran pengusaha yang disampaikan Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk sekaligus Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Anne Patricia Sutanto. Anne takut para pengusaha yang berinvestasi di IKN diperiksa aparat selepas Jokowi lengser.
"Kita kan sudah berapa kali pemilu langsung, 2004, 2009, 2019. Mau pemilu hangat-hangat dikit, agak panas enggak apa-apa. Yang penting bapak/ibu jangan beli kipas, ngipasin atau beli kompor manas-manasin," tutur Jokowi sembari berkelakar.
"Sudahlah, saya lihat sudah semakin dewasa kita ini dalam berdemokrasi. Perbedaan itu biasa, beda pilihan biasa, wong yang milih semua rakyat. Bapak seganteng apapun kalau rakyat enggak senang gimana? Rakyat senangnya yang ndeso-ndeso kayak saya ini. Pilihan rakyat, persaingan dan kompetisi dalam pemilu biasa-biasa saja," tandasnya.