TAIPAN

Thai Lee, Bos Lady Raksasa IT Berharta Rp83 T

CNN Indonesia
Minggu, 12 Nov 2023 08:20 WIB
Thai Lee adalah co-founder sekaligus CEO SHI International, perusahaan TI bernilai Rp219 triliun.
Thai Lee adalah co-founder sekaligus CEO SHI International, perusahaan TI bernilai Rp219 triliun. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Thai Lee mungkin tidak familiar bagi orang awam. Namun, namanya masuk dalam daftar wanita terkaya Amerika Serikat (AS), bersama Diane Hendricks, Meg Whitmen dan Oprah Winfrey.

Thai Lee adalah co-founder sekaligus CEO SHI International, perusahaan penyedia teknologi informasi (TI) bernilai US$14 miliar atau setara Rp219 triliun (asumsi kurs Rp15.689 per dolar AS).

Berkat bisnisnya itu, Forbes mencatat harta Bos Lady ini mencapai US$5,3 miliar. Jika dirupiahkan, pundi-pundi uang Lee mencapai Rp83 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekayaan tersebut bukanlah berasal dari warisan, bukan pula gana-gini setelah bercerai. Gelimangan harta itu merupakan hasil kerja kerasnya sendiri.

Tak heran jika namanya masuk jajaran orang terkaya dunia versi Forbes, kategori perempuan terkaya atas usaha sendiri di AS. Di daftar itu, Lee menempati urutan kelima.

Lee lahir dari keluarga terpandang di Korea Selatan. Ayah Lee merupakan seorang ekonom Korea Selatan terkemuka. Pemerintah menugaskan ayahnya keliling dunia untuk mempromosikan potensi ekonomi Korsel ke berbagai negara.

Tak heran, Lee lahir di Bangkok, Thailand. Atas dasar itulah orang tuanya menamainya Thai. Namun, Lee tumbuh besar di Korea Selatan.

Begitu menginjak remaja, Lee dan kakaknya hijrah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan sekolah menengah atas.

Lee lalu melanjutkan studi di Amherst College, AS. Ia mengambil dua jurusan sekaligus, yakni biologi dan ekonomi.

Ia sengaja memilih jurusan yang membuatnya tak banyak berbicara dalam bahasa Inggris. Pasalnya, Lee merasa kemampuan bahasa Inggrisnya pas-pasan.

Siapa sangka, kini Lee menjadi salah satu alumni paling sukses di Amherst College.

Begitu lulus kuliah, ia balik kampung ke Korea Selatan. Di sana, ia bekerja di Daesung Industrial Co.

Tak lama, ia melanjutkan kuliah dan mengambil jurusan magister bisnis di Havard Bussiness School. Lee menjadi perempuan Korea pertama lulusan Harvard.

Beres program magister, Lee pun kembali bekerja di Protect & Gamble. Kemudian, ia menjadi bankir di American Express selama dua tahun.

Bosan jadi pegawai, Lee kepincut bikin usaha sendiri. Ia dan Leo Koguan, yang saat itu masih suaminya, bertekad membangun bisnis sendiri.

Pada akhir tahun 80-an, mereka merintis Lautek, perusahaan peranti lunak. Namun, kliennya cuma sedikit hingga akhirnya bangkrut.

Lee tak menyerah meski gagal. Ia optimis bisnis peranti lunak punya prospek bisnis cerah.

Ia dan Koguan pun mengakuisisi perusahaan peranti lunak, yang nyaris gulung tikar pada 1989. Nilai pembeliannya kurang dari US$1 juta, itu pun mamakai uang hasil berutang ke bank.

Setelah dibeli, perusahaan ini berganti nama menjadi Software House International atau SHI International Corp. Bisnisnya menjual peranti keras, peranti lunak dan jasa konsultasi.

Di bawah tangan dingin Lee, SHI menjelma menjadi menjadi raksasa IT AS yang menyerap ratusan pekerja, serta melayani klien dari berbagai negara.

Kini, SHI Internasional memiliki sekitar 15 ribu pelanggan dari berbagai negara, termasuk Boeing dan AT&T.

Bos Lady ini memang berhasil menyulap SHI jadi perusahaan IT terbesar AS, tetapi ia gagal mempertahankan perkawinannya.

Lee dan Leo Koguan memutuskan bercerai 2002.

Setelah bercerai, Lee didapuk menjadi CEO, sementara Koguan pun masih memiliki saham minoritas di SHI.

[Gambas:Video CNN]



(pta/pta)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER