PT Pertamina (Persero) menggandeng perusahaan energi Amerika Serikat, ExxonMobil dalam upaya pengembangan Carbon Capture Storage (CCS) di Laut Jawa yang memiliki kapasitas mencapai 3 giga ton CO2, dengan nilai investasi di atas US$2 miliar.
Pada perjanjian tersebut, Pertamina dan ExxonMobil sepakat untuk melanjutkan kerja sama terkait evaluasi CCS Hub di bagian barat Laut Jawa, tepatnya di Cekungan Asri dan Cekungan Sunda.
"CCS Hub di lokasi ini diharapkan menawarkan penyimpanan geologis dalam volume yang signifikan, yang dapat menangkap dan menginjeksikan CO2 dari industri dalam negeri dan regional," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nicke menegaskan, Pertamina akan terus konsisten mengembangkan program dekarbonisasi, antara lain lewat pengembangan CCS Hub yang dinilai berpeluang menyimpan C02 wilayah strategis.
Terlebih, pengembangan CCS Hub di wilayah Jawa itu terbilang dekat dengan lokasi beragam industri.
Nicke memaparkan, CCS Hub akan menyediakan akses terhadap penyimpanan geologi di akuifer asin (saline aquifer), yang dapat menampung minimal 3 giga ton karbon dioksida (CO2) dari industri padat karbon dalam negeri dan regional.
"Proyek ini akan memungkinkan Indonesia menjadi pemimpin regional dalam dekarbonisasi industri, karena memiliki potensi penyimpanan karbon yang sangat besar. Harapannya di masa depan Indonesia dapat menjadi pusat CCS di Asia Tenggara," katanya.
Jack P. Williams sebagai Senior Vice President, ExxonMobil Corporation menyampaikan optimisme bahwa kerja sama ini akan dapat mengurangi emisi, juga mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan seluruh kawasan.
"Kami bangga dapat berkolaborasi dengan Pertamina dan Pemerintah Indonesia dalam proyek-proyek transformatif ini," katanya.
Sementara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Ad-Interim, Erick Thohir menilai bahwa perjanjian antara Pertamina dan ExxonMobil sebagai langkah penting bagi Indonesia untuk jadi pemimpin dalam pengurangan emisi.
"Teknologi mutakhir di balik CCS Hub tidak hanya akan mengurangi emisi dan mendorong industri rendah karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi," kata Erick.
Senada, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi menyebutkan bahwa penandatanganan itu menunjukkan perjalanan panjang Indonesia membangun ekosistem CCS.
Menurut Jodi, perjanjian tersebut sekaligus memperlihatkan kesungguhan perangkat Indonesia untuk mengembangkan CCS.
"Khususnya dari sisi pemerintah, telah siap memanfaatkan potensi CCS Indonesia untuk kemajuan industri rendah karbon, peningkatan investasi, dan pembukaan lapangan kerja baru untuk masyarakat Indonesia," ujar Jodi.
(rea/inh)