Analis Kebijakan Pangan Syaiful Bahari juga menilai rencana impor beras yang sudah diputuskan sejak awal tahun lalu tidak lah wajar. Ia juga melihat keputusan impor beras sejak 2023 sampai 2024 tidak pernah ada kepastian, dan terkesan hanya blowup saja agar masyarakat tidak panik.
"Jika benar impor yang direncanakan pemerintah terealisasi, harga beras tidak akan terus menerus naik seperti sekarang. Nyatanya sedikit sekali jumlah beras yang digunakan untuk operasi pasar dan program SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar), sehingga tidak ada pengaruhnya terhadap penurunan dan stabilisasi harga beras," katanya.
Ia mengatakan proses impor sebenarnya tidak lama jika memang negara eksportir bersedia melepas berasnya. Menurutnya, paling lama satu sampai dua bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi persoalannya adalah harga beras internasional saat ini sudah mahal, sementara pemerintah masih mencari harga murah, tidak akan ketemu," katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan idealnya keputusan impor dievaluasi setiap bulannya dengan mempertimbangkan data beras terkini. Apabila dirasa tidak terlalu penting untuk melakukan impor, maka bisa dibatalkan atau dikurangi volume impornya.
"Dan tetap harus ada komunikasi dengan petani karena yang paling dirugikan dari ketidakjelasan kenapa volume impor yang ditentukan tahun lalu 3 juta ton adalah petani," katanya.