Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka enggan berkomentar soal bujukan Faisal Basri agar menteri-menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) mundur.
Wakil Bendahara TKN Bobby Gafur Umar enggan menanggapi langsung soal tudingan miring yang dilayangkan ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) itu kepada Prabowo-Gibran dan Jokowi.
TKN ingin tetap fokus dengan apa yang bisa mereka perbuat jika menang di Pilpres 2024 nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau yang itu (bujukan Faisal Basri agar menteri Jokowi mundur) saya enggak mau komen. Tapi gini, kita harus melihat pemilu ini kita mau memilih pemimpin yang terbaik, siapapun pemimpin itu kita harus bergandeng tangan lagi. Yang penting adalah para pemimpin ini harus punya program ekonomi, yang penting adalah ekonomi kerakyatan. Jadi enggak cuma level atas, kita bangun dari desa," katanya usai Bincang Hippindo di Rodenstock Building, Jakarta Barat, Selasa (16/1).
Bobby menegaskan pihak Prabowo-Gibran tak ingin menggubris lebih lanjut pernyataan kontroversial Faisal Basri.
Ia menganggukkan kepala saat ditanya apakah lebih memilih fokus kepada visi dan misi paslon nomor urut 2 tersebut, ketimbang menanggapi nada sumbang di luar sana.
"Iya (fokus) visi misi dan pelaksanaan, yang penting komitmen dan pelaksanaan yang konkret... Ya itu (ucapan Faisal Basri) bicara dari sisi pandang mereka, kita enggak mau lihat ke sana. Yang penting program kita tadi, ekonomi bernilai tambah," tegas Bobby.
"Kalau mengenai utang negara dan sebagainya, ya tentu kalau membangun negara butuh (utang). Cuma selama ini kita banyak menggantungkan kepada APBN dan BUMN. Harusnya itu enggak lebih dari 20 persen porsi mereka. Yang kita perlukan adalah menarik investasi masuk, baik itu lokal dan luar negeri, 80 persen ekonomi ke depan itu harus didorong dari investasi," tutupnya.
Lihat Juga : |
Faisal Basri sebelumnya mengutarakan kekecewaannya terhadap kebijakan pemerintahan Jokowi yang dianggap merugikan masyarakat serta dugaan keberpihakannya pada pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Ia menaruh perhatian khusus pada utang negara. Menurutnya, rezim Jokowi membawa utang Indonesia menembus sekitar Rp8 kuadriliun atau Rp8.000 triliun karena terus membangun banyak hal tanpa mau kerja keras meningkatkan pendapatan.
Faisal meramal utang RI bisa bengkak menjadi dua kali lipat alias Rp16 ribu triliun apabila dilanjutkan Prabowo. Utang-utang tersebut pada akhirnya menjadi tanggungan generasi muda.
"Ayo sama-sama kita bujuk Bu Sri Mulyani (menteri keuangan), Pak Basuki (menteri PUPR Basuki Hadimuljono), dan beberapa menteri lagi untuk mundur. Itu efeknya dahsyat. Secara moral, saya dengar Bu Sri Mulyani paling siap untuk mundur. Pramono Anung (sekretaris kabinet) sudah gagap. Kan PDI (PDI Perjuangan) belain Jokowi terus, pusing," klaim Faisal dalam Political Economic Outlook 2024 di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1).
"Katanya nunggu momentum, mudah-mudahan momentum ini segera insyaallah jadi pemicu yang dahsyat, seperti Pak Ginandjar (Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Ginandjar Kartasasmita) dan 13 menteri lainnya mundur di zaman Pak Harto (Presiden Soeharto)," sambungnya.