Survei Bloomberg ke 17 Ekonom: Anies Unggul dari Prabowo dan Ganjar

CNN Indonesia
Jumat, 19 Jan 2024 15:51 WIB
Sejumlah ekonom mengunggulkan calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan dalam kontestasi Pilpres 2024. (Diolah dari Dok. CNNIndonesia).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah ekonom di Indonesia mengunggulkan calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan dalam kontestasi Pilpres 2024.

Hal ini berdasarkan hasil survei Bloomberg terhadap 17 ekonom dan analis senior.

Survei yang dilakukan pada awal Januari tersebut mengatakan Anies mendapatkan nilai tertinggi 33 dari 17 ekonom dan analis saat ditanya siapa capres yang menurut mereka paling tepat untuk memimpin Indonesia.

Sementara capres nomor urut dua Prabowo Subianto berada di posisi kedua dengan nilai 29, dan capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo mendapat nilai 28.

Survei itu juga menyebut perekonomian Indonesia diperkirakan bakal melaju lebih cepat dari 5 persen.

Survei Bloomberg ini dikeluarkan ketika Anies mulai mendapatkan dukungan dalam jajak pendapat utama di Indonesia, yang menempatkan Prabowo berada di posisi teratas.

Bloomberg pun menyoroti bagaimana Prabowo menggandeng Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai cawapresnya, yang memicu tuduhan bahwa ia dengan sengaja membangun sebuah dinasti.

"Keduanya berjanji untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan Jokowi termasuk hilirisasi mineral dan pembangunan ibu kota baru senilai US$34 miliar," tulis Bloomberg, dikutip Jumat (19/1).

Sepuluh dari 17 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa sebuah dinasti politik di bawah Jokowi tak akan menjadi pertanda baik bagi pasar dan perekonomian.

Selain itu, survei ini juga mengungkap temuan lain. Pertama, pertambangan dan logam adalah sektor yang paling menarik bagi para investor untuk menjadi fokus mereka selama tahun pemilu, diikuti oleh infrastruktur dan energi terbarukan.

Kedua, para analis mengatakan bahwa kebijakan hilirisasi Indonesia harus dilanjutkan oleh penerus Jokowi, diikuti oleh reformasi infrastruktur dan transisi energi hijau.

Ketiga, sebagian besar responden menyebut ketergantungan yang besar pada batu bara adalah salah satu kebijakan yang seharusnya tidak dilanjutkan.



(del/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK