Bursa Saham China Anjlok, Memasuki Pekan Terburuk

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Feb 2024 11:45 WIB
Pekan ini bursa saham China memasuki masa terburuk imbas perekonomian yang tak juga kunjung pulih.
ILUSTRASI Shanghai Composite Index. Pekan ini bursa saham China memasuki masa terburuk imbas perekonomian yang tak juga kunjung pulih. (AFP/STR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bursa saham China memasuki masa terburuk pada pekan ini, dengan berbagai sektor mengalami penurunan imbas perekonomian yang belum juga pulih pasca-pandemi dan guncangan krisis properti.

Mengutip CNN, Sabtu (3/2), meskipun pemerintah melakukan berbagai upaya meningkatkan kepercayaan investor, pasar saham tetap mencatat total kehilangan US$6 triliun atau Rp94.319,1 triliun (asumsi kurs Rp15.719 per dolar AS) dalam tiga tahun terakhir.

Diperkirakan, pekan depan capital outflow atau dana asing keluar dari pasar saham masih akan terus berlanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indeks Shanghai Composite turun 6,2 persen, menjadi pelemahan mingguan terbesar sejak Oktober 2018, sementara indeks Komponen Shenzhen merosot 8,1 persen, penurunan terbesar dalam tiga tahun.

Secara total indeks Shanghai Composite dan Komponen Shenzhen tersebut masing-masing telah melemah lebih dari 8 persen dan 15 persen sejak awal tahun.

Indeks blue-chip CSI 300 China, yang terdiri dari 300 saham utama yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen, juga turun 4,6 persen. Realisasi ini menjadi minggu terburuk sejak Oktober 2022.

Perekonomian China memang tengah kelabu. Penurunan permintaan pada pasar real estat telah mencapai rekor terlemah.

Selain itu, tingginya angka pengangguran, deflasi dan turunnya angka kelahiran dengan cepat menjadi beberapa permasalahan yang merugikan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,6 persen di 2024, menjadi salah satu kinerja terlemah dalam beberapa dekade.

Pertumbuhan ekonomi ini turun dari realisasi sepanjang 2023 sebesar 5,2 persen.

Perekonomian Beijing tersebut diperkirakan akan terus turun hingga hanya menjadi 3,5 persen pada 2028 mendatang.

Tekanan terbesar di pasar real estat Negeri Tirai Bambu tersebut akan dimulai pada pekan ini, setelah pengadilan Hong Kong memerintah likuidasi Evergrande, raksasa properti China dan merupakan penyebab krisis real estat di negara tersebut.

Perintah pengadilan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang masa depan bisnis yang berkembang pesat di China dan nasib pengembang properti lainnya. Ditambah dengan data ekonomi lainnya yang melemah, maka keyakinan investor terhadap China makin turun.

(vws/vws)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER