Upaya BRI Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Digitalisasi Berbasis Ekosistem

BRI | CNN Indonesia
Kamis, 22 Feb 2024 14:27 WIB
BRI memiliki sejumlah program berbasis ekosistem dalam mendorong pemberdayaan UMKM agar naik kelas menuju digitalisasi, mulai dari Desa BRILiaN hingga Linkumkm.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari. (Foto: Arsip BRI).
Jakarta, CNN Indonesia --

Digitalisasi memainkan peran kunci dalam pemberdayaan dan membangun keberlanjutan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini tak lepas dari sejumlah faktor, antara lain pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas pelaku usaha, efisiensi operasional, hingga membuka akses pasar yang lebih luas.

Data Kementerian Koperasi dan UKM RI mengungkapkan, hingga 2022 sudah 20,9 juta UMKM yang terdigitalisasi. Capaian tersebut akan terus ditingkatkan sehingga target digitalisasi terhadap 30 juta UMKM yang dicanangkan Pemerintah pada akhir 2024 dapat terwujud.

Hingga akhir 2023, BRI sebagai bank yang terus berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi hingga interkoneksi. Konsep revitalisasi tenaga pemasar mikro (mantri) yang menjadi financial advisor dengan konsep penguasaan ekosistem suatu wilayah menjadi backbone pelaksanaan program-program pemberdayaan yang BRI miliki, seperti Desa BRILiaN, Klasterkuhidupku, Figur Inspiratif Lokal (FIL), hingga Linkumkm.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengatakan, keberagaman jenis pemberdayaan yang dimiliki BRI menjadi bukti nyata komitmen perusahaan untuk selalu memberikan solusi terhadap pengembangan ekosistem UMKM, khususnya segmen mikro dan ultra mikro.

Pada level ultra mikro contohnya, BRI melalui aplikasi senyum mobile mencoba menjembatani bagaimana tiga entintas membentuk ekosistem layanan yang terintegrasi. Selain itu, dalam mendorong digitalisasi kelompok ultra mikro juga dikembangkan AgenBRILink mekaar yang mampu mendorong inklusi dan literasi keuangan digital pada segmen masyarakat ultra mikro.

"BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar," ungkap Supari, dalam keterangan tertulisnya.

Adapun Desa BRILiaN merupakan pemberdayaan berbasis ekosistem desa dengan empat pilar utama sebagai kunci sukses indikator pemberdayaan, yakni sustainability, digitalisasi, inovasi dan optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Program yang dimulai sejak 2020 tersebut sudah mencetak lebih dari 3.100 desa sejahtera yang ditandai dengan peningkatan ekonomi masyarakat melalui inklusi dan literasi keuangan masyarakatnya.

Kemudian Klasterkuhidupku, merupakan program pemberdayaan yang fokus kepada kelompok usaha. Melalui program ini, sudah lebih dari 23.200 kelompok usaha mikro menjadi binaan. Melalui program ini lebih dari 1.800 bentuk pelatihan dan bantuan sarana prasarana produktif telah diberikan kepada kelompok usaha tersebut dalam upaya mendorong kapasitas dan kapabilitas kelompok usaha mikro lebih tangguh.

Figur Inspiratif Lokal (FIL), program penguatan kepada pihak-pihak yang memiliki keahlian tertentu melalui pelatihan dan sertifikasi, sehingga mampu menjadi pendamping pelaku UMKM.

"Melalui program ini, BRI berupaya memberikan one stop solution kepada pelaku usaha mikro, tidak hanya dibidang keuangan namun juga non keuangan sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Saat ini, lebih dari 890 FIL yang sudah mendapatkan sertifikasi pendamping UMKM," kata Supari.

Terakhir Linkumkm, platform pemberdayaan online yang menyediakan berbagai modul pelatihan hingga self assessment scoring naik kelas. Pengembangan platform ini bertujuan untuk membawa UMKM Indonesia naik kelas melalui rangkaian program pemberdayaan terpadu.

"Tingginya penetrasi internet menjadi modal dasar masyarakat untuk lebih mudah mengakses secara online. Dalam kurun waktu 3 tahun, pelaku UMKM yang memanfaatkan pemberdayaan melalui platform tersebut mencapai lebih dari 6,1 juta pengguna," ujarnya.

Tantangan UMKM dan Masa Depan Ekonomi Digital

Seperti diketahui, proses digitalisasi UMKM dihadapkan dengan berbagai tantangan, meliputi kurangnya pemahaman yang memadai tentang teknologi digital, ketidakpastian keamanan digital yang menimbulkan kekhawatiran pencurian data, resistensi terhadap perubahan transaksi oleh beberapa pelaku UMKM hingga kesulitan memahami dan mengikuti regulasi terkait teknologi digital.

Riset yang dilakukan BRI Research Institute (BRIRIns) bekerja sama dengan UK Embassy pada 2023 mengungkapkan bahwa indeks digitalisasi UMKM hanya sebesar 48,7 persen. Sementara itu, tingkat penetrasi internet masyarakat Indonesia relatif sangat tinggi, yakni mencapai 75 persen.

"Fenomena ini mengindikasikan tingginya tingkat kepemilikan alat dan penggunaan internet belum dibarengi pemanfaatan layanan digital untuk operasional bisnis UMKM," ucap Supari.

Dalam rangka mengurai permasalahan tersebut, menurut Supari, penting untuk meningkatkan kesadaran, memberikan pelatihan yang memadai, dan mengembangkan strategi digital yang sesuai dengan kebutuhan bisnis segmen UMKM.

Sementara itu laporan e-Conomy SEA 2023 mengungkapkan nilai industri digital Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam 4 tahun terakhir, dari US$ 41 miliar pada 2019 (sebelum pandemi) menjadi US$82 miliar pada 2023 dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$109 miliar pada 2025. Beberapa sektor ekonomi yang berkontribusi dalam industri digital meliputi transportasi dan makanan, perjalanan online, media online, dan paling terbesar yaitu e-commerce.

Tingginya pertumbuhan penggunaan digital dalam aktivitas ekonomi masyarakat juga tercermin dari kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada 2023 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir perkembangan penggunaan uang elektronik dan digital banking melesat secara signifikan.

"Perkembangan tersebut mencerminkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang semakin digital, tentunya trend tersebut juga diikuti dengan perilaku pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya," ungkap Supari.

Melihat kecenderungan komposisi jumlah penduduk Indonesia, bahwa usia produktif rentang 15-16 tahun akan mendominasi ke depannya. Apalagi melalui penetrasi internet yang semakin masif dan literasi terhadap digital semakin meningkat, maka 10 tahun ke depan akan berpotensi besar munculnya pelaku UMKM baru yang berbasis online (e-commerce) dengan dukungan platform berskala lokal.

(ory)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER