Nilai tukar rupiah bertengger di Rp15.632 per dolar AS pada Senin (26/2) pagi ini. Mata uang Garuda melemah 35 poin atau minus 0,22 persen dari posisi sebelumnya.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia juga terpantau bergerak di zona merah. Tercatat, won Korea Selatan melemah 0,06 persen, peso Filipina melemah 0,07 persen, dan baht Thailand melemah 0,05 persen.
Kemudian dolar Singapura melemah 0,11 persen dan yuan China minus 0,02 persen. Hanya ringgit Malaysia yang menguat 0,03 persen dan yen Jepang menguat 0,05 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara mata uang di negara maju terpantau kompak melemah. Tercatat poundsterling Inggris melemah 0,08 persen dan dolar Australia melemah 0,10 persen.
Lalu, euro Eropa melemah 0,04 persen, dolar Kanada melemah 0,07 persen dan franc Swiss minus 0,10 persen.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah dipicu penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara berkembang (emerging markets).
"Potensi penguatan dolar AS hari ini kemungkinan pasar mengantisipasi data inflasi baru AS yang akan dirilis di hari Rabu pekan ini," ujar dia kepada CNNIndonesia.com.
Ia menambahkan rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS hari ini karena pasar masih mendapatkan sentimen positif dari proyeksi sikap The Fed yang akan memangkas suku bunga acuannya tahun ini.
Pergerakan indeks saham Asia ke arah negatif juga bisa menjadi sentimen negatif untuk pergerakan rupiah hari ini.
"Tapi di sisi lain, dari dalam negeri, optimisme BI (Bank Indonesia) seperti yang diungkapkan dalam pernyataan pasca RDG BI pekan lalu, terhadap perkembangan ekonomi dalam negeri termasuk stabilitas inflasi bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah," jelasnya.