Bank Indonesia (BI) mewaspadai kenaikan harga beras akhir-akhir ini berdampak pada tingkat inflasi dan penurunan daya beli.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung mengatakan inflasi inti sampai saat ini masih aman di bawah 3 persen. Namun, dari sisi pangan sedikit mengkhawatirkan akibat kenaikan harga beras dan bahan pokok lainnya.
"Inflasi core (inti) kami sudah nyaman tapi volatile food kita harus waspadai bersama terutama beras," jelasnya dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, Kamis (29/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, BI juga mewaspadai lonjakan harga pangan lain seperti cabai jelang bulan Ramadan. Sebab, kenaikan harga pangan kerap terjadi jelang Hari Raya Keagamaan.
"Jadi, pangan yang musiman seperti cabai, terutama beras tadi ya perlu diwaspadai karena berdampak signifikan ke daya beli masyarakat," jelasnya.
Berdasarkan data BI, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 tercatat sebesar 2,57 persen (yoy) menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,61 persen (yoy).
Senada, inflasi inti juga turun dari 1,8 persen (yoy) pada Desember 2023 menjadi 1,68 persen (yoy) pada Januari 2024.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mencatat harga beras melonjak jadi Rp18.500 per kg di pasaran. Angka ini adalah tertinggi sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Ya (harga beras premium Rp18.500 per kg tertinggi di era Presiden Jokowi). Hati-hati, jika pasar tradisional stok berasnya tidak melimpah tentu akan terganggu distribusi pangan rakyat yang ada di pasar," ujar Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan kepada CNNIndonesia.com.
(ldy/sfr)