ANALISIS

Rp75 T Hangus Imbas PPN Batal Naik, Bagaimana Nasib Program Prabowo?

Feby Febrina Nadeak | CNN Indonesia
Selasa, 07 Jan 2025 06:59 WIB
Pengamat menyebut ada pohon duit Rp453 triliun yang bisa digoyang Prabowo guna menambal potensi penerimaan negara Rp75 triliun yang hilang imbas batal naik PPN.
Pengamat menyebut ada pohon duit Rp453 triliun yang bisa digoyang Prabowo untuk menambal potensi penerimaan negara Rp75 triliun yang hilang imbas batal naik PPN. (CNN Indonesia/Andry Novelino).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Kesejahteraan Berkelanjutan Indonesia (SUSTAIN) Tata Mustasya mengatakan ada beberapa mesin yang bisa dioptimalkan oleh Prabowo untuk mendapatkan penerimaan negara hingga Rp453 triliun guna menambal penerimaan yang hilang imbas batal naik PPN.

Salah satunya, lewat pungutan batu bara dan nikel.

Ia mengatakan Prabowo perlu menaikkan pungutan terhadap batu bara dan nikel supaya penerimaan negara yang hilang dari rencana kenaikan PPN 12 persen bisa ditutup. Bahkan potensi pendapatan negara yang bisa didapat dari kenaikan pungutan itu justru lebih besar jika dibandingkan kenaikan PPN menjadi 12 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kajian kami memperlihatkan potensi penerimaan bisa di kisaran Rp84,55 triliun-Rp353,7 triliun per tahun dari peningkatan pungutan produksi batu bara. Sementara itu, target penerimaan dari kenaikan PPN menjadi 12 persen hanya sebesar Rp75,29 triliun, dan kenaikan PPN untuk barang mewah hanya Rp3,2 triliun," katanya dalam keterangan yang dikeluarkan di Jakarta, Kamis (2/1).

"Jadi potensi penerimaan dari peningkatan pungutan produksi batu bara jauh lebih besar, dan ini bisa dipakai untuk membiayai berbagai macam proyek strategis nasional dalam transisi energi, terutama untuk pembangunan jaringan distribusi listrik (smart grid) bahkan untuk program sosial seperti makan bergizi gratis," tambahnya.

Selain menaikkan pungutan itu, Abdurrahman Arum, Direktur Eksekutif Transisi Bersihi mengatakan Prabowo juga bisa menggenjot mesin penerimaan negara dengan memungut pajak ekspor produk nikel.

"Berdasarkan perhitungan Transisi Bersih, tarif ekspor 10 persen- 20 persen produk nikel dapat memberikan masukan Rp50 triliun-Rp100 triliun untuk negara per tahun. Ini lebih dari cukup untuk menggantikan kenaikan PPN menjadi 12 persen," ujar Abdurrahman.



(agt)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER