Senada, Ekonom Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Shofie az Zahra mengatakan anggaran yang dialihkan ke program lain, makan bergizi gratis misalnya, memang bisa meningkatkan produksi dan distribusi pangan dalam negeri.
Namun, hal itu tidak cukup untuk mengimbangi efek luas dari pemangkasan anggaran di sektor lain.
Di satu sisi, makan gratis bisa meningkatkan kesejahteraan individu dengan memberikan akses makanan bergizi, tetapi tidak serta-merta menggantikan pekerjaan dan penghasilan yang hilang akibat dari efisiensi yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meskipun MBG bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan gizi, dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri jauh lebih kompleks dan tidak bisa dipandang sebagai solusi tunggal," katanya.
Shofie mengatakan ketika ribuan tenaga honorer kehilangan pekerjaan akibat pemangkasan anggaran, dampaknya langsung terasa pada daya beli masyarakat.
Honorer yang sebelumnya memiliki penghasilan kini kehilangan sumber pendapatan, sehingga konsumsi rumah tangga menurun drastis. Padahal konsumsi merupakan motor utama perekonomian Indonesia,.
Ketika daya beli melemah, efeknya akan menjalar ke berbagai sektor, mulai dari ritel, transportasi, hingga jasa. Dengan kata lain, pemangkasan anggaran tidak hanya berdampak pada individu yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga menciptakan efek domino terhadap sektor-sektor yang bergantung pada konsumsi masyarakat.
Di sisi lain, Shofie melihat pemangkasan anggaran juga bisa memukul sektor infrastruktur dan layanan publik jika anggaran yang dialokasikan ke sektor-sektor tersebut ikut dikurangi. Proyek-proyek yang sebelumnya menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja informal dan mendukung industri seperti konstruksi, baja, dan semen bisa terhambat.
"Jika efisiensi yang dilakukan pemerintah berarti pengurangan besar-besaran pada anggaran layanan publik, maka kualitas pelayanan kepada masyarakat juga bisa menurun, memperlemah daya saing jangka panjang," ujarnya.