Prabowo dan Ganjalan Besar Babat Habis Kemiskinan Ekstrem di 2029
Presiden Prabowo Subianto punya mimpi besar membabat habis kemiskinan ekstrem di Indonesia hingga 0 persen pada 2029 mendatang.
Tekad itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Baseline Prabowo adalah data 2024 yang mencatat masih ada 1,47 persen kemiskinan ekstrem, lalu coba ditekan ke level 0,5 persen-1 persen pada tahun ini.
"Target kemiskinan ekstrem ini juga mengikuti standar internasional pada US$2,15 purchasing power parity per kapita per hari," tulis petikan dokumen tersebut, dikutip Senin (28/7).
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin ekstrem di Indonesia adalah 0,85 persen atau 2,38 juta orang per Maret 2025. Jumlah itu diklaim turun dibandingkan September 2024 yang masih menyentuh 0,99 persen alias 2,78 juta orang.
Lihat Juga : |
Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 bahkan menargetkan kemiskinan ekstrem hilang. Namun, pemerintah bersama DPR RI akhirnya sadar diri dan sepakat memperlebar target tahun depan menjadi 0 persen-0,5 persen.
Pengamat Ekonomi Universitas Andalas Syafruddin Karimi mengingatkan target ambisius itu berpotensi terganjal.
Pasalnya, mimpi harus bentrok dengan kenyataan pahit rapuhnya perekonomian nasional dan global. Kondisi ini diperparah dengan gejolak geopolitik sampai perang dagang.
Ia menilai mimpi mencapai kemiskinan ekstrem 0 persen hanya akan realistis ketika pemerintah menggerakkan seluruh instrumen fiskal. Presiden Prabowo didesak memperkuat jaring pengaman sosial dan membuka lapangan kerja dalam skala besar melalui kebijakan berkelanjutan.
"Tanpa itu, target tersebut bisa menjadi retorika politik yang tidak berpijak pada kenyataan lapangan," kata Syafruddin kepada CNNIndonesia.com.
Target menghapus kemiskinan ekstrem sebelum 2029 itu dinilai masih mungkin tercapai, dengan syarat pemerintah kudu kerja cepat dan fokus. Kendati demikian, Syafruddin mewanti-wanti agar keberhasilan itu berpijak pada fondasi yang jujur dan akurat.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Andalas itu menentang budaya manipulasi data. Ia menegaskan pemerintah tak boleh bermain angka atau sekadar mempercantik statistik demi kepuasan elite.
Syafruddin menyoroti kredibilitas BPS selaku badan yang mengumpulkan dan melaporkan data-data penting di Indonesia, termasuk masalah kemiskinan. Ia mengatakan ada perbedaan mencolok antara angka resmi BPS dan temuan Bank Dunia.
"Budaya manipulasi data 'Asal Bapak Senang (ABS)' justru akan menghancurkan kredibilitas negara di hadapan rakyat dan dunia internasional," tegasnya.
"Ketika Indonesia mengklaim tingkat kemiskinan ekstrem tinggal satu digit, Bank Dunia mencatat lebih dari 60 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan global. Publik mulai curiga bahwa statistik telah direkayasa. Jika pemerintah ingin membuktikan keseriusan, maka transparansi, kesesuaian standar, dan verifikasi independen harus menjadi bagian dari strategi utama," desak Syafruddin.
Direktur Next Policy Yusuf Wibisono mengapresiasi BPS sudah mau meninggalkan garis kemiskinan ekstrem US$1,90 per kapita per hari. Kendati, ia menegaskan itu masih belum ideal. Bank Dunia bahkan sudah menaikkan PPP menjadi US$3 per kapita per hari pada Juni 2025.
Ia menghitung kemiskinan ekstrem Indonesia justru bengkak jika mengacu standar baru World Bank. Yusuf mencatat jumlahnya melambung hingga 8,55 persen pada Maret 2025.
"Target kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2029 terlalu mudah diraih karena adopsi garis kemiskinan ekstrem yang terlalu rendah. Karenanya, target kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2029 ini dapat disebut sebagai bentuk 'manipulasi politik', di mana target yang terlihat gagah dipilih karena lebih mudah diraih dengan penggunaan standar kemiskinan yang lebih rendah," analisa Yusuf.
"Ukuran kemiskinan yang lebih tinggi, selain lebih relevan untuk Indonesia yang kini telah naik kelas menjadi upper-middle income country, juga akan memberi implikasi penting untuk formulasi strategi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif," sambungnya.