KCIC Respons Rencana Danantara Bereskan Utang Kereta Cepat Whoosh
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merespons rencana Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang akan turun tangan membereskan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Penyelamatan ala Danantara adalah dengan merestrukturisasi utang proyek Whoosh.
General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa menyampaikan pihaknya mendukung penuh seluruh program dan langkah yang akan diambil oleh pemerintah terkait penyelesaian utang kereta cepat.
"Saat ini KCIC juga rutin melakukan koordinasi dan rapat teknis dengan berbagai pihak untuk membahas langkah-langkah strategis guna memastikan keberlanjutan layanan Kereta Cepat Whoosh secara jangka panjang. Koordinasi tersebut melibatkan seluruh stakeholder," kata Eva kepada detikcom, Senin (4/8).
Lihat Juga : |
Menurutnya, KCIC juga memberikan laporan rutin terkait operasional dan berbagai isu yang membutuhkan dukungan pemerintah, seperti Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Kementerian BUMN, Danantara, serta PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
PSBI merupakan perusahaan patungan hasil konsorsium yang terdiri 4 BUMN yakni PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN). PSBI sebagai pemilik 60 persen saham KCIC dari sisi Indonesia, sisanya China.
Investasi pembangunan Whoosh US$7,2 miliar. Nilai tersebut membengkak US$1,2 miliar dari target awal proyek senilai US$6 miliar. Sebanyak 60 persen dari pembengkakan biaya itu atau sekitar US$720 juta ditanggung konsorsium Indonesia, dan 40 persen sisanya dibayar China.
Sebelumnya, Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria mengatakan saat ini pihaknya tengah menyiapkan berbagai solusi, salah satunya dengan mengajukan restrukturisasi utang.
"Memang kereta cepat ini sedang kita pikirkan dan segera akan kita usulkan nanti, tapi kan solusinya masih ada beberapa alternatif yang akan kia sampaikan kepada pemerintah mengenai penyelesaian daripada kereta cepat ini," ujar Dony saat ditemui usai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Rabu (23/7), seperti dikutip DetikFinance.
Lihat Juga : |
Proyek kereta cepat ini mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar Rp6,98 triliun.
"Nah ini juga operasionalnya kan sedang kita lihat bagaimana nanti solusi jangka panjangnya mengenai utang-utang daripada konsorsium ini yang cukup besar ya," ujarnya.
Menurut Dony, opsi restrukturisasi diambil agar tidak mengganggu kinerja PT Kereta Api Indonesia ke depannya.
"Tetapi kita ingin penyelesaian kali ini sebuah komprehensif dan tidak mengganggu kepada kinerja PT Kereta Api Indonesia ke depan," ujar Dony.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh saat ini dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan patungan hasil konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan perusahaan China.
Saham PSBI sendiri dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) 51,37 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 39,12 persen, PT Perkebunan Nusantara I 1,21 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen.
Sebanyak 75 persen pembiayaan Proyek Kereta Cepat Whoosh berasal dari dana pinjaman China Development Bank.
Sementara, sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60 persen dan Beijing Yawan HSR Co Ltd sebesar 40 persen.
(pta/agt)