Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai klaim Rombongan Jarang Beli (Rojali) dan Rombongan Hanya Nanya (Rohana) adalah isu yang ditiup-tiup.
Ia menegaskan tidak ada pelemahan daya beli di masyarakat. Menurutnya, data yang dipegang pemerintah sebenarnya menunjukkan shifting alias peralihan konsumsi masyarakat dari belanja di toko offline ke marketplace.
"Terkait dengan isu Rohana dan Rojali, ini isu yang ditiup-tiup. Jadi, faktanya berbeda dan tentu ini yang harus kita lihat," tegas Airlangga dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga menegaskan Badan Pusat Statistik (BPS) akhirnya merilis data transaksi marketplace yang menunjukkan tingginya belanja atau konsumsi masyarakat. Menurutnya, data tersebut sebelumnya tidak pernah direkam BPS.
Konsumsi tersebut juga dianggap menopang ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,12 persen year on year (yoy) di kuartal II 2025. Capaian tersebut naik 4,04 persen secara kuartalan, dibandingkan kuartal I 2025 yang hanya tumbuh 4,87 persen.
"Kita lihat konsumsi daripada masyarakat ini terlihat shifting, belanjanya lari ke belanja online ... (Transaksi) retail dan marketplace tumbuhnya quarter to quarter (qtq) adalah 7,55 persen," bebernya.
"Kemudian, yang shifting ke online salah satu contoh yang tumbuhnya tinggi adalah personal care dan kosmetik, itu naik mendekati 17 persen. Kemudian, produk rumah tangga dan kantor itu juga Rp72,8 triliun, growth-nya adalah 29,38 persen," sambung Airlangga.
Secara total, transaksi di retail online dan marketplace juga diklaim meningkat pesat. Airlangga membandingkan data 2018 yang transaksinya hanya 280 juta, lalu terbang ke 3,24 miliar pada 2024 lalu.
Airlangga turut mengutip kinerja keuangan 3 perusahaan, yakni 1 minimarket dan 2 pemilik banyak outlet di pusat perbelanjaan. Ia menegaskan ketiga laporan keuangan perusahaan itu tumbuh masing-masing 4,99 persen, 6,85 persen, dan 12,87 persen pada semester I 2025.
"Artinya, daya beli ataupun masyarakat di tengah ketidakpastian global masih melakukan konsumsi secara kuat," tandasnya.
(skt/agt)