Chairman dan Founder CT Corp Chairul Tanjung alias CT membagikan 10 prinsip hidup dan bisnis yang ia pegang. Ia menyebutnya sebagai 'CT Way'.
CT menjelaskan kesepuluh prinsip ini dirumuskan dari akumulasi pendidikan, pengalaman, hingga nilai-nilai spiritual yang ia pegang selama meniti karier hingga menjadi salah satu pengusaha paling berpengaruh di Indonesia.
"Ini adalah rumusan yang saya buat, saya peroleh dari akumulasi tadi. Ya, pendidikan, pengalaman, semua segala sesuatu," kata CT saat berbicara di sesi Business Talk Inspirational Speech pada LPS Financial Festival 2025 di Surabaya, Kamis (7/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, CT Way merupakan saripati perjalanan panjangnya hingga diakui sebagai Profesor Kewirausahaan Indonesia.
Berikut 10 prinsip hidup dan bisnis ala CT Way:
Bagi CT, prinsip ini merupakan fondasi moral dalam mengambil keputusan. Niat yang tulus menjadi landasan penting agar langkah-langkah berikutnya mendapat kemudahan dan berkah.
"Yang pertama mulailah segala sesuatu, apalagi memulai usaha, memulai apapun dengan sesuatu, mulailah dengan niat baik. Semua agama mengajarkan seperti itu. Ya agama Islam yang saya anut, Katolik, Kristen, semua pasti mengajarkan mulailah sesuatu dengan niat baik," ujarnya.
Bagi CT, niat baik adalah titik tolak kesuksesan jangka panjang, bukan sekadar untuk pencitraan atau hasil sesaat.
Sebagai pengusaha, kemampuan membaca dan menangkap peluang adalah keharusan mutlak. CT menegaskan keberhasilan dalam bisnis sangat ditentukan oleh kepekaan terhadap tren dan celah pasar yang muncul, bahkan dalam kondisi yang tampaknya stagnan.
"Kalau mau jadi pengusaha harus bisa membaca peluang dan menangkapnya," katanya.
Ia menekankan ketika peluang tidak terlihat, maka tugas pengusaha adalah menahan diri sambil tetap waspada, karena peluang bisa datang tiba-tiba dan harus segera diambil.
Berulang kali, CT menyatakan uang bukan modal utama dalam memulai usaha. Ia membuktikannya sendiri ketika masih kuliah, memulai bisnis penjilidan buku tanpa modal tunai, melainkan lewat relasi dan kerja sama dengan teman.
Bagi CT, modal sosial seperti jaringan pertemanan, kepercayaan, dan kemampuan berorganisasi bisa menjadi sumber daya awal yang lebih berharga daripada uang tunai.
"Uang bukan modal utama. Ya, jadi apa intinya tadi berorganisasi, networking, teman yang banyak, karena itu adalah modal," ucapnya.
CT mengibaratkan strategi bisnis seperti investasi, yakni membeli masa depan dengan nilai hari ini. Prinsip ini menekankan pentingnya pemahaman atas tren dan arah perubahan zaman, agar keputusan yang diambil hari ini bisa memberi keuntungan esok hari.
"Belilah masa depan dengan harga sekarang. Tadi mau usaha, mesti ngerti trend-nya apa," kata CT.
Ia mencontohkan bagaimana memahami arah kebijakan pemerintah dan dinamika pasar bisa membuat seorang pengusaha mengambil langkah tepat sebelum orang lain sadar akan peluang yang sama.
CT menyebut kegagalan bukan musuh, melainkan teman seperjalanan bagi setiap orang yang ingin sukses. Kegagalan tidak dianggap sebagai akhir, tetapi justru bagian dari proses pembelajaran dan penguatan karakter.
Kegagalan membawa pelajaran yang akan membentuk ketahanan mental dan kejelian dalam langkah-langkah berikutnya.
"Jadi gagal bangkit lagi, gagal bangkit lagi, gagal bangkit lagi, sampai gagal yang bosan datang sama kita," tegasnya.
CT menyebut kerja keras, kedisiplinan, dan perhatian terhadap detail adalah ciri khas dari orang-orang yang benar-benar ingin mencapai kesempurnaan dalam hasil kerja. Ia bahkan menyebut bahwa 'setan bersembunyi dalam detail' sebagai peringatan agar tak mengabaikan hal-hal kecil.
"Setannya itu ada pada detailnya kata orang pintar. Ya, the devil is in the detail. Tidak mau kompromi ke dalam hasil akhir. Harus perfect," ujarnya.
Intuisi bukan sekadar perasaan atau naluri kosong. CT percaya intuisi adalah hasil dari proses berpikir panjang, pengalaman yang terus diasah, serta kemampuan menyerap informasi dalam jumlah besar dan memprosesnya dengan cepat.
CT menegaskan intuisi adalah milik orang yang berpikir dan bertindak, bukan sekadar menebak atau beruntung.
"Intuisi adalah sesuatu yang rasional dan harus dilatih," ucapnya.
CT mengkritik budaya kerja, termasuk di pemerintahan, yang sering terjebak saat mencari-cari masalah, tanpa mencari solusi. Ia menilai terlalu banyak orang berputar-putar pada identifikasi masalah tanpa segera mengambil keputusan.
"Kalau ada masalah, udah enggak usah dicari lagi masalahnya itu udah ada di situ. Cari solusinya, ambil keputusan," ujarnya.
CT menolak anggapan idealisme dan pragmatisme adalah dua hal yang saling bertentangan. Keduanya sebagai dua sisi mata uang yang harus berjalan beriringan. Pragmatisme penting untuk kepentingan pribadi dan jangka pendek, sementara idealisme dibutuhkan demi keberlanjutan jangka panjang.
"Pragmatisme dan idealisme bukan minyak dan air. Dia seperti koin dengan dua mata sisi," kata CT.
Puncak dari seluruh prinsip CT Way adalah pencarian terhadap keberkahan tuhan. Baginya, apapun bentuk usaha atau aktivitas hidup harus mengarah pencarian keberkahan, bukan semata mencari uang atau kekuasaan.
Ia juga menutup dengan satu pesan reflektif, orang pintar bisa dikalahkan oleh orang licik, tapi orang licik tak bisa mengalahkan orang yang beruntung, dan keberuntungan itu berpangkal pada iman dan kejujuran.
"Semua sudah ada di kitab suci Alquran, yang Islam sudah ada di Alquran. Banyak ayat-ayat dan Anda akan jadi orang yang beruntung. Pegang itu, Insyaallah Anda akan menjadi orang yang beruntung. Tapi sebelum beruntung pintar dulu. Ya, karena biasanya kalau enggak pintar tidak beruntung," pungkasnya.
(frd/pta)