Warga India Boikot McD hingga Coca-cola Imbas Tarif Impor AS 50 Persen
Warga India menyerukan boikot terhadap seluruh produk asal Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump mengenakan tarif impor 50 persen ke negaranya.
Mengutip Reuters, Selasa (12/8), seruan anti-Amerika kini ramai disuarakan oleh warganet, pelaku bisnis, dan kelompok pendukung Perdana Menteri Narendra Modi.
Perusahaan multinasional seperti McDonald's, Coca-Cola, Amazon, hingga Apple menjadi sasaran seruan boikot yang kian menggema di media sosial dan ruang publik.
India merupakan pasar besar dan strategis bagi merek-merek asal AS, dengan basis konsumen menengah ke atas yang selama ini mengidolakan label internasional sebagai simbol status sosial.
Meski belum ada indikasi langsung penurunan penjualan, suasana politik dan nasionalisme ekonomi yang memanas mendorong sejumlah tokoh bisnis India untuk menyerukan dukungan terhadap produk lokal.
Manish Chowdhary, salah satu pendiri Wow Skin Science, melalui unggahan video di LinkedIn menyerukan agar 'Made in India' menjadi obsesi global, dan mendorong rakyat India untuk mendukung petani serta startup lokal.
Hal serupa disampaikan CEO DriveU Rahm Shastry yang menyatakan India seharusnya memiliki platform digital sendiri seperti yang dilakukan Tiongkok. "Kita perlu Twitter, Google, YouTube, WhatsApp versi India," tulisnya.
Di tengah memuncaknya kampanye boikot, Tesla justru membuka showroom keduanya di India pada, Senin (11/8) di New Delhi, yang turut dihadiri pejabat dari Kementerian Perdagangan India dan Kedutaan Besar AS.
Namun, di tengah gejolak seruan boikot, tidak semua warga ikut larut. Rajat Gupta, warga Lucknow berusia 37 tahun, yang sedang menikmati kopi seharga 49 rupee di McDonald's, menyatakan tetap membeli karena nilai dan rasanya.
"Tarif itu urusan diplomasi. Jangan seret McPuff dan kopi saya ke dalamnya," ujarnya.
(ldy/sfr)