Beras Oplosan Dibongkar, Penggilingan Padi Rakyat Untung Besar

CNN Indonesia
Rabu, 13 Agu 2025 09:29 WIB
Salah satu pengusaha penggilingan padi skala kecil mengaku untung besar saat kasus beras oplosan terbongkar dan ramai diberitakan belakangan ini. (Foto: CNN Indonesia/Cesar)
Cimahi, CNN Indonesia --

Salah satu pengusaha penggilingan padi skala kecil mengaku untung besar saat kasus beras oplosan terbongkar dan ramai diberitakan belakangan ini.

Salah satu yang kecipratan untung adalah Penggilingan Haji Anwar yang terletak di RW 12 di Jalan Lapang Tembak Selatan, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Anwar menyebut banyak warga yang mengaku mulai takut untuk membeli beras di pasar dan ritel modern, sehingga memilih beli langsung ke penggilingan.

"Yah karena banyak di berita, jadi sekarang banyak yang beli langsung ke sini (penggilingan)," ungkap Anwar, saat ditemui oleh CNNIndonesia.com, Rabu (13/8).

Anwar menuturkan pembelinya merupakan masyarakat yang tinggal dekat dengan lokasi pabriknya. Usaha penggilingan yang sudah ada sejak 1980-an itu, kata Anwar, juga menggiling gabah-gabah petani sekitar. Untuk 1 kilogram (kg) gabah, ia mematok harga 600 rupiah.

"Enggak banyak sekarang mah (yang menggiling). Sudah sedikit sawahnya, enggak kayak dulu. Sekarang mah paling petani (yang menggiling) itu juga sekitar antara 40 kg sampai 1 kuintal," tuturnya.

Anwar mengatakan semenjak banyak yang pemberitaan soal beras oplosan, banyak pihak yang mendatanginya, mulai dari Pemkot Cimahi hingga Polres Cimahi untuk melakukan pengecekan.

"Banyak juga yang ngecek, tapi da di sini mah ngegiling (gabah) yang petani lokal, bukan dari bandar," ucapnya.

Anwar menjelaskan waktu operasional pabriknya tak menentu, bergantung pada permintaan. Pabrik penggilingan berjalan jika petani-petani yang ada di sekitar tempat ia tinggal mulai memasuki masa panen.

"Yah sekarang mah udah banyak (pasokan beras) dari Jawa, jadi yang ngegiling juga sedikit," katanya.

Pemerintah mengumumkan 212 merek beras medium dan premium diduga oplosan. Merek-merek itu setidaknya tersebar di 10 provinsi.

Temuan bermula dari penindakan gudang di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten, yaitu beras Bulog yang telah diputihkan dibungkus dengan merek Ramos dan Bantuan Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Beras hasil oplosan itu dipasarkan di Bogor, Tangerang, Serang dan Kota Cilegon. Mereka sudah beroperasi sejak 2019. Para pelaku mengantongi keuntungan Rp732 juta hanya untuk periode Desember 2023 hingga Maret 2024.

Kementerian Pertanian (Kementan) juga melakukan uji kualitas terhadap 268 sampel beras dari 212 merek. Pengujian dilakukan pada 6 hingga 23 Juni 2025.

Hasilnya, 85,56 persen beras premium yang diuji tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.

Kemudian, 59,78 persen beras premium tersebut juga tercatat melebihi harga eceran tertinggi (HET). Sekitar 21,66 persen memiliki berat riil yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tertera pada kemasan.

Kementan juga menemukan 88,24 persen beras medium tidak memenuhi standar mutu SNI. Sekitar 95,12 persen beras medium ditemukan dijual dengan harga yang melebihi HET.

Kementan mencatat 9,38 persen memiliki selisih berat yang lebih rendah dari informasi yang tercantum pada kemasan.

(csr/pta)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK