Zulhas: Masih Ada 3,9 Juta Ton Beras, Masyarakat Tak Usah Khawatir
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memastikan ketersediaan beras nasional dalam kondisi aman meski belakangan mencuat kasus beras oplosan di sejumlah daerah.
"Kami pastikan tadi stok beras aman. Pak Dirut Perum Bulog (Ahmad Rizal Ramdhani) melaporkan masih ada 3,9 juta ton stok beras, ya. Jadi masyarakat, publik tidak usah khawatir stok kita ada 3,9 juta ton. Jadi pasokan beras kita aman lebih dari cukup," ujar pria yang akrab disapa Zulhas itu dalam konferensi pers di Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, Rabu (13/8).
Berdasarkan data Perum Bulog, total stok beras yang dikuasai mencapai 3.934.282 ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 12.545 ton stok komersial, sehingga totalnya 3.946.827 ton.
Stok ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua, dan siap untuk distribusi.
Bulog juga memiliki stok komoditas lain seperti gula pasir 9.602 ton, minyak goreng 5.983 kiloliter, serta jagung PSO 68.731 ton dan jagung komersial 106 ton.
Distribusi beras dilakukan melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang menargetkan penyaluran 1,318 juta ton beras pada periode Juli-Desember 2025.
Saluran penyaluran SPHP meliputi pedagang di pasar rakyat, koperasi desa, outlet pangan binaan pemerintah daerah dan BUMN, rumah pangan kita, ritel modern, hingga instansi pemerintah.
Harga eceran tertinggi (HET) ditetapkan berbeda sesuai zona, mulai dari Rp12.500 per kilogram di zona I hingga Rp13.500 per kilogram di zona III.
Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso memprediksi pasokan beras di pasar akan berkurang akibat penurunan suplai gabah dan penutupan sejumlah penggilingan padi.
Meski sebagian besar penutupan bersifat sementara, ia menyebut dampaknya tetap terasa pada distribusi beras.
"Mungkin bahasanya bukan kelangkaan tapi akan berkurang suplainya. Terserah itu kan bahasa, kalau saya mengatakan ya suplai pasti berkurang," ujar Sutarto kepada CNNIndonesia.com, Senin (11/8).
Ia menjelaskan harga gabah telah naik sejak Juni, diikuti kenaikan harga beras. Kondisi ini berpotensi terus mendorong harga berada di atas HET, bahkan untuk kualitas beras yang lebih rendah.
"Di bawah kualitas itu ya nanti lama-lama kasihan masyarakatnya," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah seharusnya mengeluarkan stok ketika produksi menurun, terutama pada periode Mei-Juli.
"Pada saat di bawah itu, itulah yang harusnya pemerintah mengeluarkan stoknya. Jadi tidak bisa stok yang 4 juta (ton) itu didiemin," kata Sutarto.
(del/agt)