Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyentil Perum Bulog terkait lambannya penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir menyebut hingga pertengahan Agustus, distribusi beras SPHP baru mencapai 38.111 ton atau 2,94 persen dari target.
"Penyalurannya (beras SPHP) enam bulan. Seratus dibagi enam bulan, kurang lebih itu 16,5 persen. Nah, satu bulan (realisasi penyaluran SPHP) baru 2,94 persen," ungkap Tomsi, Selasa (19/8) seperti dikutip dari CNBCIndonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan saat ini penyaluran harian Bulog rata-rata hanya sekitar 1.200 ton, masih jauh dari target 7.100 ton per hari.
"Jauh banget antara (target) 16 persen dengan (realisasi) 2,94 persen. Kalau realisasinya 38 ribu (ton beras SPHP) bagi 30 hari, kurang lebih 1.200 ton per hari. Sementara target kita 7.100 ton per hari," paparnya.
Dengan perhitungan tersebut, ia mengatakan lebih dari 80 persen stok beras SPHP kini masih menumpuk di gudang Bulog.
Tomsi mengatakan, kondisi ini justru bisa menjadi masalah.
Masalah pertama, penurunan kualitas beras. Semakin lama beras disimpan di gudang, beras terancam apek, berjamur dan bahkan bisa terserang hama.
"Kalau 80 persen, kurang lebih 1 juta. Beras yang tidak tersalur ini makin lama kualitasnya menurun," katanya.
Kedua, membuat biaya pemeliharaan kian mahal. Hal ini tambahnya, bisa merugikan negara.
"Kemudian harganya juga jauh, pemeliharaannya juga mahal. Dan bisa saja beras yang didapat dari tahun yang lalu, itu terpaksa harus dihancurkan karena ketidaklayakan," katanya.
Masalah ketiga berkaitan dengan kenaikan harga beras di pasaran yang bisa merugikan masyarakat.
Melihat hal itu, Tomsi meminta Bulog segera mempercepat penyaluran beras SPHP.
(agt)