Profil Adrian Gunadi, Bos Pinjol Bangkrut yang Jadi Tahanan OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Polri berhasil memulangkan dan menahan mantan Direktur PT Investree Radhika Jaya (Investree) Adrian Gunadi dari Qatar.
Adrian ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penghimpunan dana masyarakat tanpa izin.
Atas perbuatannya, ia dijerat pasal pidana dengan ancaman penjara minimal lika tahun dan maksimal 10 tahun.
Ia diduga menghimpun dana secara melawan hukum pada periode Januari 2022 hingga Maret 2024 melalui dua perusahaan, PT Radhika Persada Utama (RPU) dan PT Putra Radhika Investama (PRI), yang seolah-olah terafiliasi dengan Investree.
Dana yang terkumpul disebut digunakan antara lain untuk kepentingan pribadi.
Adrian diketahui berada di Doha, Qatar, sejak 2023 dan resmi melarikan diri pada Februari 2024 setelah ditetapkan sebagai buronan OJK.
Interpol pun menerbitkan red notice pada November 2024, hingga akhirnya ia dipulangkan ke Indonesia dan kini berstatus tahanan OJK di rutan Bareskrim Polri.
Sebelum resmi menjadi buronan, Adrian lebih dulu mendapat peringatan keras dari OJK setelah Investree terlibat dugaan fraud hingga berujung pada pencabutan izin usaha (CIU).
Seiring dengan keputusan tersebut, Adrian juga dilarang menjadi pihak utama dan/atau pemegang saham di lembaga jasa keuangan.
Meski begitu, hasil PKPU tidak menghapus tanggung jawab serta dugaan tindak pidana atas pengelolaan Investree.
Lantas, siapa itu Adrian Gunadi?
Laman LinkedIn Adrian Gunadi mencatat bahwa ia merupakan salah satu pendiri (co-founder) sekaligus CEO Investree sejak Oktober 2015.
Sebelumnya, ia memiliki pengalaman panjang di industri perbankan nasional maupun internasional.
Adrian pernah menjabat sebagai Managing Director Retail Banking di Bank Muamalat Indonesia (2009-2015), Head of Shariah Banking di PermataBank (2007-2009), serta Product Structuring di Standard Chartered Bank Dubai, Uni Emirat Arab (2005-2007).
Ia juga sempat bekerja di Citibank Indonesia sebagai Cash and Trade Product Manager (1998-2002).
Adrian menyelesaikan pendidikan sarjana akuntansi di Universitas Indonesia (UI) pada 1999.
Ia kemudian melanjutkan studi Master of Business Administration (MBA) di Rotterdam School of Management, Erasmus University, Belanda, dengan fokus pada Finance and Financial Management Services (2002-2003).
Selain aktivitas profesional, Adrian juga aktif dalam kegiatan organisasi. Ia tercatat sebagai Vice Chairman Asosiasi FinTech Indonesia sejak Juni 2016 hingga kini, serta menjadi bagian dari jaringan Endeavor Entrepreneur sejak Mei 2017.
Dalam kolom "About" di profil LinkedIn-nya, Adrian menggambarkan dirinya memiliki lebih dari 18 tahun pengalaman di bidang perbankan ritel dan wholesale, termasuk spesialisasi di Islamic Finance.
Ia menuliskan telah mengelola bisnis perbankan syariah, restrukturisasi, hingga pengembangan digital branchless banking.
Adrian juga menulis dirinya seorang self-starter yang bersemangat membangun model bisnis berkelanjutan, serta mengaku memiliki minat besar pada olahraga lari dan golf.
(del/sfr)