KSP Sorot Harga Minyakita Terus di Atas HET, Kemendag Sentil Bulog
Kantor Staf Presiden (KSP) menyoroti harga minyak goreng Minyakita yang sudah tembus Rp17.900 per liter atau di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
"Minyakita harganya relatif stabil, namun demikian, stabil di atas harga eceran tertinggi," ungkap Tenaga Ahli Utama KSP Bodro Pambuditomo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di YouTube Kemendagri, Senin (6/10).
Bodro kemudian menyinggung soal adanya dua harga Minyakita di pasaran. Ia menegaskan hal tersebut dikantongi dari hasil verifikasi lapangan yang dilakukan tim KSP.
Pertama, harga Minyakita yang dipasok oleh BUMN pangan. Bodro mengatakan harganya relatif terjangkau, yakni mendekati HET yang dipatok pemerintah sebesar Rp15.700 per liter.
Lihat Juga : |
Kedua, Minyakita yang dipasok oleh agen. Ia menemukan harganya melampaui HET, yakni di kisaran Rp17 ribu per liter.
"Oleh karena itu, izinkan kami memberikan masukan agar kita dapat memperkuat BUMN pangan. Karena sudah terbukti pasokan mereka punya dampak kuat dalam meredam harga yang tinggi atau menurunkan," tuturnya.
"Mungkin perlu peningkatan pasokan Minyakita dari produsen kepada BUMN pangan. Saat ini angkanya baru 8 persen, mungkin bisa ditingkatkan di angka 20 persen-30 persen. Itu mungkin cukup ideal dan diharapkan bisa berdampak untuk menurunkan harga," saran Bodro.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat harga Minyakita selama 5 bulan terakhir berada di level Rp16.600 per liter-Rp16.700 per liter. Direktur Bina Pasar Dalam Negeri Kemendag Nawandaru Dwi Putra mengatakan faktor distribusi berpengaruh pada fluktuasi harga minyak goreng pemerintah tersebut.
Nawandaru juga membongkar bagaimana minimnya penyaluran Minyakita yang dilakukan Perum Bulog ke pasar. Ia mengungkapkan Minyakita dari Bulog justru lebih banyak disalurkan kepada distributor alias D2.
"Kami melihat pada proporsi distribusi minyak goreng Bulog ke pasar rakyat yang menjadi pantauan SP2KP (Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok) ini sangat kecil. Hanya 5,3 persen, padahal ini adalah andalan kami ... Ini bagian dari kita ke depan perlu mendorong juga atensi dari Perum Bulog untuk bisa meningkatkan pasokannya kepada pasar rakyat," tuturnya.
"Dari proporsi 57.920 (ton Minyakita) yang diterima oleh Bulog ini, 58 persen ini banyak melalui D2 dan juga 14 persen melalui RPK (Rumah Pangan Kita). Sedangkan ke pasar itu hanya 5,3 persen. Ini dari catatan, dari data yang kami terima," sambung Nawandaru.
Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir yang memimpin rapat langsung mengonfirmasi data Kemendag kepada Perum Bulog. BUMN pangan itu menjelaskan sudah menyalurkan 71 ribu kiloliter dari total pasokan 75 ribu kiloliter alias sekitar 90 persen.
Akan tetapi, Bulog mengakui bahwa mereka memang lebih banyak menyalurkan minyak goreng pemerintah itu kepada distributor. Bulog juga membenarkan data Kemendag bahwa penyaluran langsung ke pasar masih kecil, yakni baru 5 persen.
Tomsi Tohir langsung meminta perwakilan BUMN pangan itu menyampaikan pesannya kepada Direktur Utama Bulog Ahmad Rizal Ramdhani agar memperbaiki pola distribusi Minyakita. Harapannya, harga di pasar bisa sesuai HET.
"Kalau menyalurkan melalui distributor itu sangat besar, ini akan memperpanjang rantai distribusi. Disalurkan ke D2, D2 mengambil keuntungan lagi, nanti dari D2 ada namanya D3 bayangan yang kita tidak akui. Kami mohon, ketika beras kita bisa, kenapa minyak goreng enggak bisa?" desak Tomsi agar Bulog memperbaiki penyaluran Minyakita.
"Mohon maaf kalau saya keras, tegas, dalam hal begini. Sudah jelas harga (HET Minyakita) Rp15.700, di pasaran Rp17 ribu. Pemasok cuma satu, produsen, yang dikoordinasikan oleh Kemendag. Sudah 3 tahun kita gak bisa ngurus ini, naik turun ... Jangan sampai masyarakat kita menikmati dengan harga yang di atas HET, itulah gunanya kita rapat ini. Sudah 140 kali rapat, harusnya sudah khatam, hafal di luar kepala," sambungnya.
(skt/agt)