Pemerintah Targetkan 42,1 GW Tambahan Listrik 2025-2034 dari EBT

CNN Indonesia
Selasa, 07 Okt 2025 06:51 WIB
Pemerintah menargetkan 76 persen dari total 69,5 GW penambahan kapasitas pembangkit listrik bakal berasal dari EBT selama 10 tahun ke depan.
Pemerintah menargetkan 76 persen dari total 69,5 GW penambahan kapasitas pembangkit listrik bakal berasal dari EBT selama 10 tahun ke depan. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah menargetkan 76 persen dari total 69,5 gigawatt (GW) penambahan kapasitas pembangkit listrik bakal berasal dari energi baru terbarukan (EBT) selama 10 tahun ke depan. Jumlah tersebut setara dengan 42,1 GW.

Target ini tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2025-2034.

"Pada 2025-2034, kita sudah memprogramkan dari kebutuhan penambahan kapasitas pembangkit listrik yang baru sampai 10 tahun ke depan kita membutuhkan 70 ribu megawatt kurang lebih, itu 76 persen itu diambil dari penambahan kapasitas dari pembangkit EBT termasuk nuklir dan storage" kata Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Suroso Isnandar dalam Indonesia Energy Transition Dialogue 2025 di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (6/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan penambahan kapasitas pembangkit listrik yang berasal dari EBT sebesar 42,1 gigawatt (GW), di antaranya tenaga bayu (7,2 GW), surya (17,1 GW), panas bumi (5,2 GW), hidro (11,7 GW), dan bioenergi (0,9 GW).

Kemudian nuklir (0,5 GW) dan storage (10,3 GW). Sementara itu, energi non EBT sebesar 1,6 GW yang terdiri atas gas (10,3 GW) dan batu bara (6,3 GW).

"Apa pun yang ada di RUPTL yang telah ditetapkan pemerintah maka PLN harus melakukannya. Ini bukti komitmen kami supaya net zero emission 2060 bisa tercapai," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pendanaan bukan masalah utama dalam transisi energi.

"Money is not the issue. Kenapa? Kalau kita lihat dalam lima tahun terakhir itu global investment energy naik terus. Laporan IEA (Badan Energi Internasional) itu tahun ini mungkin US$5 miliar, dan lebih dari 60 persen itu ke energi terbarukan," kata Fabby.

Kendati angkanya cukup besar, Fabby melihat investasi EBT yang masuk ke negara berkembang seperti Indonesia sangat sedikit. Pasalnya investasi katanya akan mencari proyek investasi yang bankable atau layak dibiayai bank.

"Renewable energy project kenapa lamban karena engga bankable. Kalau buat pelaku usaha, karena kalau saya punya project pun enggak bisa didanai oleh bank. Karena bank melihat tidak bankable. Itu yang menjadi masalah dari tahun ke tahun," kata Fabby.

"Salah satunya adalah karena kebijakan dan regulasi kita. Dan memang ada progres untuk memperbaiki itu," sambungnya.

[Gambas:Video CNN]

 

(fby/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER