IESR Sebut RI Punya Potensi Ekspor Hidrogen Hijau Gantikan Batu Bara

CNN Indonesia
Rabu, 08 Okt 2025 11:08 WIB
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan Indonesia punya potensi ekspor hidrogen hijau setelah 2030, menggantikan batu bara.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan Indonesia punya potensi ekspor hidrogen hijau setelah 2030, menggantikan batu bara. ( CNN Indonesia/Feby Febrina Nadeak).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan Indonesia punya potensi ekspor hidrogen hijau setelah 2030, menggantikan batu bara.

"Apabila hari ini ekspor kita salah satu yang terbesar adalah batu bara maka kemungkinan setelah tahun 2030 kita bisa melakukan ekspor hidrogen hijau menggantikan batu bara. Harapannya dengan harga yang lebih baik," kata Fabby dalam Indonesia Energy Transition Dialogue 2025 di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (8/10).

Fabby mengatakan potensi produksi hidrogen hijau RI bisa mencapai 17,5 juta ton pada 2060. Sedangkan permintaan domestik diproyeksi hanya 11,7 juta ton per tahun. Ini berarti ada potensi RI bisa mengekspor hidrogen hijau.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun melihat bahwa potensi tersebut bukan hanya cita-cita belaka, tapi sudah dimulai saat ini. Menurutnya, sudah ada sejumlah pelaku pemain kunci yang membuat langkah-langkah yang cukup signifikan.

Misalnya PT PLN (Persero) yang telah meresmikan pembangkit hidrogen hijau pertama di Indonesia, Pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Muara Karang yang mampu memproduksi 51 ton hidrogen hijau per tahun, yang 100 persen bersumber dari energi terbarukan.

"Selain PLN, Pertamina melalui anak usahanya di bidang panas bumi, Pertamina Geothermal Energy sedang melakukan proyek percontohan hidrogen hijau di PLTP Ulubelu yang baru saja diresmikan," kata Fabby.

"Kita sudah memulai dan proyek-proyek ini menunjukkan bahwa fondasi ekosistem hidrogen nasional sudah mulai dibangun. Masih belum lengkap, tapi sudah mulai dibangun," sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhamad Alhaqurahman Isa mengatakan hidrogen hijau yang diproduksi melalui elektrolisis yang bersumber dari panas bumi, surya, dan air, bisa menjadi satu komoditas hilirisasi baru yang bernilai tinggi.

Produk tersebut katanya berpotensi untuk dijadikan ekspor ataupun digunakan di dalam negeri.

"Contohnya jika kita memproduksi hidrogen dan turunannya menjadi amonia hijau, kemudian metanol hijau, dan juga bahan bakar sintetis, ini bisa diekspor, kemudian juga bisa digunakan di sektor industri domestik, misalnya baja, pupuk, dan juga petrokimia," kata Alhaqurahman.

Ia menambahkan hilirisasi hidrogen bisa mendukung tiga hal. Pertama, diversifikasi produk hilir energi bersih.

Kedua, menciptakan industri baru berbasis teknologi tinggi seperti electrolyser, fuel cell, dan juga penyimpanan hidrogen atau hydrogen storage system.

"Kemudian juga tentu berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan peningkatan investasi dalam negeri, khususnya untuk di kawasan industri hijau dan kawasan energi terbarukan," katanya.

[Gambas:Video CNN]

(fby/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER