Harga Minyak Merosot Imbas Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata Gaza

CNN Indonesia
Kamis, 09 Okt 2025 11:55 WIB
Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Kamis (9/10) setelah Israel dan Hamas mencapai tahap awal kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza. (CNN Indonesia/Agus Triyono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Kamis (9/10) setelah Israel dan Hamas mencapai tahap awal kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza.

Meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan penguatan dolar AS menekan harga komoditas energi tersebut.

Mengutip Reuters, kontrak berjangka Brent turun 34 sen atau 0,51 persen menjadi US$65,91 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 38 sen atau 0,61 persen ke US$62,17 per barel.

"WTI bergerak melemah hari ini karena berkurangnya premi risiko geopolitik setelah tercapainya kesepakatan damai Israel-Hamas," ujar Kelvin Wong, analis pasar senior OANDA.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati gencatan senjata dan pembebasan sandera sebagai bagian dari rencana mengakhiri perang dua tahun di Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan menggelar rapat kabinet hari ini untuk mengesahkan kesepakatan tersebut.

Sebelumnya, konflik di Gaza menjadi salah satu faktor penopang harga minyak global karena pasar khawatir perang bisa meluas dan mengganggu pasokan energi di kawasan Timur Tengah.

Namun, kesepakatan gencatan senjata sementara menurunkan persepsi risiko tersebut.

CEO platform investasi Moomoo Australia dan Selandia Baru, Michael McCarthy menilai kesepakatan Gaza tidak akan berdampak besar pada pasokan minyak di kawasan.

"OPEC+ masih belum mencapai target peningkatan produksinya, jadi dampaknya terhadap pasokan akan terbatas," katanya.

OPEC+ baru-baru ini menyetujui kenaikan produksi pada November yang lebih kecil dari ekspektasi pasar, langkah yang sedikit meredakan kekhawatiran kelebihan pasokan.

McCarthy menambahkan, penguatan dolar AS terhadap yen Jepang dan euro juga membebani harga komoditas.

"Minyak yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain," ujarnya.

(ldy/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK