Purbaya usai Mandiri Salurkan Habis Rp55 T: Nanti Saya Gelontorin Lagi
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan dana pemerintah sebesar Rp55 triliun yang ditempatkan di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah habis terserap untuk pembiayaan.
Ia menyebut kondisi itu sebagai sinyal positif karena menunjukkan perputaran kredit mulai berjalan di sektor riil.
"Yang Rp200 triliun kecuali BTN belum lapor ya berapa (penyerapannya). Tapi yang lain sepertinya sudah makin besar deh penyerapannya. Tadi saya ketemu orang, dan antara lain sepertinya Mandiri akan minta lagi tuh karena uangnya sudah habis, yang Rp55 triliun itu," ujar Purbaya dalam media briefing di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/10).
Menurutnya, pemerintah akan terus memantau penyerapan dana tersebut dan siap menambah kucuran baru bila diperlukan.
"Ya, itu bagus ya, kita lihat seperti apa ini kondisinya (penyerapan bank). Kita akan lihat terus. Begitu habis, saya gelontorin lagi. Jadi itu sudah mendorong pertumbuhan kredit kan," ujarnya.
Purbaya menilai kebijakan penempatan dana pemerintah di bank-bank Himbara mulai membuahkan hasil. Ia melihat perekonomian nasional menunjukkan tanda-tanda pemulihan, salah satunya dari meningkatnya penjualan ritel yang tercatat dalam data Bank Indonesia (BI).
"Yang paling penting Anda lihat di perekonomian ini, kelihatannya mulai bergeliat ya. Kalau retail sales BI mulai naik, angka yang terakhir ya. Ini kan baru belum sebulan penuh kan," tutur Purbaya.
Kementerian Keuangan di bawah kepemimpinan Purbaya menempatkan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun yang selama ini mengendap di Bank Indonesia (BI) ke lima bank milik negara.
Lihat Juga : |
Langkah ini dilakukan untuk menggerakkan ekonomi rakyat melalui perluasan penyaluran kredit.
Rinciannya, dana tersebut disalurkan ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp55 triliun, Bank Negara Indonesia (BNI) Rp55 triliun, Bank Mandiri Rp55 triliun, Bank Tabungan Negara (BTN) Rp25 triliun, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) Rp10 triliun.
Purbaya menilai selama ini dana pemerintah yang dibiarkan mengendap di BI tidak produktif karena tidak bisa dimanfaatkan oleh perbankan untuk ekspansi kredit.
Akibatnya, sistem keuangan menjadi kering dan ekonomi melambat.
"Sistem finansial kita agak kering, makanya ekonominya melambat, makanya dalam 1-2 tahun terakhir orang susah cari kerja dan lain-lain, karena ada kesalahan kebijakan di situ, moneter dan fiskal," katanya.
Ia menambahkan dampak kebijakan penempatan dana tersebut sudah mulai terlihat dari peningkatan peredaran uang primer (base money) yang tumbuh 13,5 persen pada September 2025.
Purbaya menyebut capaian itu menjadi bukti kebijakan yang ditempuh pemerintah berjalan sesuai dengan target untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi pembiayaan.
(del/sfr)