Sementara itu, Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi mengatakan kinerja Whoosh belum sesuai harapan karena beban tetap dan biaya pendanaan masih terlalu besar dibanding arus kas tiket saat ini.
Ia mengatakan penumpang Whoosh memang tumbuh hingga total 9,3 juta per pertengahan Mei 2025 dan rekor harian menembus 25 ribu. Tetapi kontribusi ini belum menutup rugi konsolidasi sekitar Rp1 triliun di semester I 2025.
"Kombinasi maturitas utang panjang, bunga lebih tinggi pada pinjaman tambahan, dan integrasi feeder yang belum sepenuhnya mulus menahan percepatan load factor serta pendapatan non-tarif. Di sisi lain, proses restrukturisasi dengan pihak Tiongkok masih berjalan sehingga beban bunga efektif belum turun," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan kinerja Whoosh bisa moncer setelah dua prasyarat terpenuhi: restrukturisasi keuangan yang menurunkan beban bunga dan strategi komersial yang menaikkan pendapatan per kursi.
Ia menyarankan untuk menargetkan 12-24 bulan pertama pasca restrukturisasi sebagai fase akselerasi okupansi melalui dynamic pricing, paket wisata terintegrasi, dan monetisasi stasiun.
Lalu, 24-36 bulan berikutnya sebagai fase pematangan pendapatan non-tarif dari ritel, iklan, MICE, serta TOD.
"Dengan urutan seperti ini, arus kas operasi berpeluang mendekati titik impas, sementara kewajiban ke kreditur masuk jalur yang lebih terkendali," katanya.
(agt)