Toyota Motor Corporation menyampaikan minat untuk berinvestasi dalam pengembangan industri bioetanol di Indonesia, yang akan menjadi bagian penting dari ekosistem bahan bakar rendah karbon di Tanah Air. Pada inisiatif ini, Pertamina NRE (New & Renewable Energy) akan menjadi mitra strategis Toyota dalam membangun fondasi industri bioetanol nasional yang terintegrasi, dari riset, produksi, hingga distribusi energi bersih.
Komitmen Toyota tersebut disampaikan dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, di Jepang, yang juga menandai langkah nyata kolaborasi Indonesia-Jepang di sektor energi hijau. Toyota, melalui unit risetnya Research Association of Biomass Innovation for Next Generation Automobile Fuels (RABIT) di Fukushima, telah mengembangkan teknologi bioetanol generasi kedua berbasis biomassa nonpangan. Teknologi ini dinilai sangat relevan bagi Indonesia yang memiliki potensi agrikultur dan biomassa melimpah.
Sebagai bagian dari ekosistem energi Pertamina, Pertamina NRE siap berperan aktif dalam membangun rantai nilai bioetanol yang berkelanjutan. Todotua menyampaikan, proyek percontohan (pioneer project) akan dikembangkan di Lampung melalui kolaborasi antara Toyota dan Pertamina NRE. Lokasi ini dipilih karena memiliki potensi bahan baku beragam, mulai dari tebu, singkong, hingga sorgum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk bahan bakunya juga tidak hanya dari perusahaan, tapi juga melibatkan petani dan koperasi tani setempat, sehingga juga dapat menggerakkan perekonomian di daerah. Nantinya untuk suplai energi juga diintegrasikan dengan plant geothermal dan hidrogen milik Pertamina" kata Wamen Todotua Pasaribu.
Pertamina NRE juga akan mengintegrasikan proyek bioetanol ini dengan portofolio energi terbarukan lainnya seperti geothermal dan hidrogen hijau, untuk menciptakan sistem energi yang efisien, rendah emisi, dan saling mendukung.
Pengembangan bioetanol ini disebut menjadi bagian penting dari strategi Pertamina Group dalam mendukung target Net Zero Emission 2060. Melalui Pertamina NRE, perusahaan berkomitmen memperluas pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar campuran ramah lingkungan untuk mendukung mobilitas hijau di masa depan.
Toyota disebut Todotua melihat peluang besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi bioetanol di kawasan Asia, sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang menargetkan penerapan mandatory blending bioetanol 10% (E10) pada tahun 2027. Dengan kebutuhan bahan bakar nasional lebih dari 40 juta kiloliter per tahun, Indonesia akan memerlukan sedikitnya 4 juta kiloliter bioetanol untuk mendukung kebijakan tersebut.
"Toyota telah mengembangkan kendaraan flex-fuel berbahan bakar bioetanol di berbagai negara. Dengan dukungan teknologi mereka, Indonesia memiliki potensi besar menjadi pemain utama di industri biofuel," ujar Todotua.
Teknologi bioetanol generasi kedua yang tengah dikembangkan Toyota melalui Research Association of Biomass Innovation (RABIT) akan dapat memanfaatkan multi feedstock dari berbagai limbah pertanian, seperti tebu, padi, singkong, kelapa sawit, hingga aren. Pendekatan ini sejalan dengan visi Pertamina untuk menciptakan solusi energi yang berbasis pada potensi agrikultur lokal dan prinsip ekonomi sirkular.
Sebagai tindak lanjut, Toyota dan Pertamina NRE akan segera melakukan joint study dan site visit ke Lampung untuk menentukan lokasi pembangunan fasilitas produksi bioetanol. Kedua perusahaan menargetkan pembentukan joint venture (JV) pada awal tahun 2026.
Rencana awal mencakup pembangunan fasilitas berkapasitas 60.000 kiloliter per tahun dengan nilai investasi sekitar Rp2,5 triliun. Fasilitas ini akan menjadi pondasi penting dalam mendukung kebijakan E10 nasional sekaligus membuka peluang ekspor bioetanol ke negara-negara lain di kawasan.
"Sinergi antara teknologi Jepang dan sumber daya Pertamina NRE akan menciptakan dampak nyata bagi ketahanan energi, kemandirian bahan bakar, dan ekonomi hijau Indonesia," pungkas Todotua.
Dengan dukungan kuat dari pemerintah, kemitraan Toyota-Pertamina NRE diyakini menjadi langkah strategis menuju era baru energi bersih berbasis biomassa. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga menunjukkan peran aktif Indonesia dalam menghadirkan solusi global bagi transisi energi dan perubahan iklim.
(rea/rir)