Bappenas Luncurkan Dana Inovasi Teknologi Demi Mitigasi Risiko Iklim

CNN Indonesia
Selasa, 02 Des 2025 16:45 WIB
Kementerian PPN/ Bappenas meluncurkan Dana Inovasi Teknologi (Innovation and Technology Fund/ ITF) untuk memitigasi risiko iklim. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan Dana Inovasi Teknologi (Innovation and Technology Fund/ ITF).

Menteri PPN/Bappenas Rachmat Pambudy mengatakan program ini diluncurkan sebagai jembatan pembiayaan untuk mendorong inovasi dan teknologi yang berpotensi memberikan solusi bagi adaptasi dan mitigasi risiko iklim.

"Pendanaan ini dapat diarahkan untuk mendukung proyek-proyek berbasis inovasi dan teknologi yang mampu memberikan multi-manfaat. Dan tentu saja, masih banyak lagi inovasi dan teknologi yang dikembangkan dan ditingkatkan skala aplikasinya untuk menciptakan manfaat yang lebih luas," ujar Rachmat dalam acara Peluncuran Dana Inovasi Teknologi dan Kajian Solusi Berketahanan Iklim di kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta Pusat, Selasa (2/12).

Rachmat menjelaskan program ini untuk memenuhi komitmen iklim yang tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (Enhanced NDC) yang membutuhkan pendanaan iklim US$757,6 miliar atau sekitar Rp12.593 triliun (asumsi kurs Rp16.620 per dolar AS) hingga 2035.

"Untuk memenuhi komitmen iklim sebagaimana tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (End-NDC), kita membutuhkan pendanaan iklim lebih dari 700 miliar (dolar AS) hingga tahun 2035. Jika dibandingkan saat ini, alokasi anggaran terkait penanganan iklim baru mencapai 3% APBN," tambahnya.

Kemudian, ia menegaskan pembiayaan iklim juga isu utama pasca-Conference of the Parties ke-20 (COP 30) dengan peningkatan pendanaan adaptif hingga tiga kali lipat menuju 2035.

"Pembiayaan iklim juga terus menjadi isu utama pasca-COP 30 dengan mendorong New Collective Quantified Goal on Climate Finance dengan peningkatan pendanaan adaptif hingga tiga kali lipat menuju 2035, serta pembentukan inisiatif seperti Tropical Forest Forever Facility," ujar Rachmat.

Dalam kesempatan yang sama, Rachmat juga menjelaskan investasi iklim harus diarahkan untuk memperkuat tiga fondasi, yakni percepatan transisi dengan cara memperkuat basis data dan bukti agar kebijakan dan aksi iklim makin tepat sasaran dan berkeadilan, mendorong skalabilitas teknologi rendah karbon, dan menjembatani perwujudan ide menjadi penerapan dan penciptaan dampak.

"Pengembangan Ekonomi Hijau yang tadi berulang kali disampaikan, diarahkan sebagai penggerak utama pertumbuhan yang menyeimbangkan antara pembangunan kota dan pembangunan desa, dan pembangunan-pembangunan yang kita lakukan dengan pertumbuhan ekonomi antara 5 sampai 8 persen," pungkasnya.

(fln/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK