Sampoerna Jaga Pangsa Pasar dengan Inovasi Portofolio Lintas Segmen
Di tengah dinamika industri hasil tembakau yang penuh tantangan, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terus membuktikan ketangguhannya melalui strategi portofolio multi-kategori yang komprehensif. Perusahaan afiliasi Philip Morris International ini menunjukkan bagaimana inovasi dan keberagaman produk menjadi kunci mempertahankan kepemimpinan pasar.
Hingga kuartal III 2025, Sampoerna mencatatkan pangsa pasar sebesar 30,9% dengan volume penjualan mencapai 59,4 miliar batang. Presiden Direktur HM Sampoerna, Ivan Cahyadi, menilai capaian ini menjadi bukti nyata bahwa strategi lintas segmen yang dijalankan perusahaan mampu menjawab kebutuhan preferensi konsumen dewasa yang terus berkembang.
"Transformasi yang kami jalankan berfokus pada penerapan strategi portofolio lintas segmen yang mengedepankan inovasi untuk menjawab preferensi konsumen dewasa," ujarnya dalam Paparan Publik HMSP yang digelar di Jakarta, Rabu (3/12).
Ia menegaskan bahwa dalam setiap langkah yang diambil, Sampoerna tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah membentuk perjalanan perusahaan selama 112 tahun.
Kekuatan portofolio Sampoerna terlihat jelas dari dominasinya di berbagai segmen. Brand-brand unggulan seperti A Mild, Magnum, dan Marlboro mengukuhkan posisi perusahaan sebagai pemimpin di segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Sementara itu, Dji Sam Soe dan Sampoerna Kretek menempatkan perusahaan pada posisi terdepan di segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT).
Direktur HM Sampoerna, Sharmen Karthigasu, menambahkan di tengah tekanan industri pangsa pasar Sampoerna di segmen SKT justru mengalami peningkatan.
Ia menyebutkan, volume SKT mereka tumbuh 4% dengan pangsa pasar naik 1 poin persentase menjadi 14%. Lebih dari itu, pangsa pasar mereka dalam segmen SKT itu sendiri juga meningkat 1,1 poin persentase menjadi 41%.
"SKT adalah segmen di mana volume dan market share kami masih tumbuh. Secara historis, paruh kedua tahun memang menunjukkan hasil yang lebih baik, dan tren ini kembali terlihat tahun ini," papar dia.
Inovasi tidak berhenti pada produk konvensional. Sebagai bagian dari transformasi industri, Sampoerna juga agresif mengembangkan kategori produk bebas asap.
Portofolio produk inovatif seperti IQOS, VEEV, ZYN, dan BONDS by IQOS terus diperluas jangkauannya. Peluncuran produk tembakau yang dipanaskan dengan batang tembakau BLENDS dan varian baru TEREA Riviera Pearl menjadi bukti komitmen perusahaan terhadap inovasi berkelanjutan.
BONDS, brand yang diluncurkan sekitar April 2025, kini telah menjadi nomor satu di kategori modern break di dunia digital modern. Ekspansi distribusi BONDS ke berbagai kota besar di Indonesia menandai keseriusan Sampoerna dalam menghadirkan pilihan yang lebih baik bagi konsumen dewasa.
Dari sisi kinerja keuangan, Sampoerna membukukan penjualan bersih sebesar Rp83,7 triliun untuk periode sembilan bulan yang berakhir September 2025, turun 5,3% dari Rp88,5 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Laba bersih tercatat Rp4,5 triliun, menurun 13,7% dibandingkan 2024. Namun, penurunan laba bersih di kuartal III melambat menjadi 14% dari sebelumnya 22% di kuartal II, menunjukkan tren perbaikan yang konsisten.
Perbaikan kinerja ini tak lepas dari strategi harga yang terukur. Perusahaan mengambil langkah strategis dalam penetapan harga sambil menjaga volume bisnis, guna memaksimalkan kombinasi volume dan harga serta meningkatkan profitabilitas.
Pendekatan ini, dikombinasikan dengan peningkatan produktivitas, terbukti efektif dalam menghadapi kondisi pasar yang menantang.
Kebijakan pemerintah turut memberi ruang bagi perusahaan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan. Ivan menyampaikan apresiasinya terhadap kebijakan tidak menaikkan tarif cukai pada 2025.
"Dukungan pemerintah merupakan kunci menjaga keberlangsungan industri legal. Penegakan hukum terhadap rokok ilegal juga sangat membantu industri untuk tetap bertahan, menjaga penerimaan negara, dan mendukung perekonomian nasional," katanya.
Di sisi lain, kontribusi Sampoerna ke perekonomian nasional tetap signifikan. Perusahaan menyerap lebih dari 90.000 tenaga kerja, bermitra dengan 19.500 petani tembakau dan cengkih, serta bekerja sama dengan 43 Mitra Produksi Sigaret di berbagai daerah.
Studi Litbang Kompas 2025 menunjukkan aktivitas ekonomi Sampoerna menciptakan dampak berganda sebesar Rp204,1 triliun per tahun, setara 1% dari PDB nasional, dengan multiplier effect 1,7 kali.
Program pemberdayaan UMKM juga menjadi bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang. Sampoerna Retail Community (SRC) kini membina lebih dari 250.000 toko kelontong, dengan tingkat digitalisasi mencapai 90% melalui ekosistem AYO by SRC.
Riset KG Media mencatat total omzet SRC mencapai Rp263 triliun, setara 11,36% dari PDB retail nasional. Sementara itu, Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) telah melatih lebih dari 97.000 peserta, dengan 1.600 UMKM memperoleh pendampingan lanjutan dan 200 di antaranya berhasil menembus pasar ekspor.
Ivan menegaskan bahwa strategi pertumbuhan perusahaan bukan hanya tentang ekspansi bisnis, tetapi juga tentang nilai jangka panjang bagi bangsa.
"Transformasi yang kami jalankan berfokus pada inovasi dan portofolio lintas segmen. Pertumbuhan bisnis harus berjalan seiring dengan kontribusi nyata untuk masyarakat dan kemandirian ekonomi rakyat," pungkas dia.
Dengan fondasi kuat, portofolio multi-kategori inovatif, serta komitmen terhadap keberlanjutan, Sampoerna optimistis strategi komprehensif yang dijalankan akan terus mendorong pertumbuhan seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi nasional.
(rir)