Mukhtarudin Targetkan Kirim 700 Ribu PMI ke Luar Negeri pada 2026
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menargetkan sebanyak 700 ribu Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk bekerja di luar negeri pada 2026.
Pada tahun ini, ia menjelaskan PMI yang bekerja di luar negeri tembus 260 ribu orang, melebihi target yang dicanangkan sebanyak 259 ribu PMI.
"Setahun ini kita targetnya 259 ribu dan kita sudah mencapai 260 ribu, jadi sudah melebih daripada target 2025," kata Menteri Mukhtarudin saat menghadiri acara Pelepasan dan Penyematan Pin, Peserta Pelatihan Wellnes Therapist di Denpasar, Bali, Kamis (4/12).
"Tahun depan itu target kita mungkin kurang lebih sekitar 300 ribuan dan itu yang reguler, dan yang untuk quick win 500 ribu yang tahun 2026. Jadi di regulernya 250 ribu, ditambah quick wind 500 ribu, mungkin 700 ribuan, mudah-mudahan. Program quick win ini langsung dari Bapak Presiden (Prabowo Subianto)," imbuhnya.
Lihat Juga : |
Menurutnya, Prabowo memiliki program quick win mengirimkan 500 ribu PMI bekerja di luar negeri. Para calon pekerja migran itu sebelumnya akan dilatih dan dididik sehingga memiliki kompetensi.
"Jadi bukan yang tidak punya kompetensi. Jadi semuanya kompetensi untuk mengisi pasar-pasar yang profesional," ujarnya.
Mukhtarudin juga menyatakan dari 500 ribu PMI yang disiapkan, sebanyak 300 ribu di antaranya merupakan lulusan SMK dengan program SMK Go Global. Sementara, 200 ribu sisanya berasal dari kalangan umum.
"Mungkin dari D1, D2, D3, kemudian juga SMA dan lain-lain. Jadi ini yang harus kami segera realisasikan di tahun 2026. Ini kita harus siapkan sumber daya manusianya," ujarnya.
Ia menerangkan untuk mendaftar pekerjaan di luar negeri itu bisa mengakses informasi di website Cisco P2MI. Calon pekerja bisa mengetahui negara mana yang membuka lowongan bagi PMI, sektor, perusahaan penyalur hingga informasi gaji.
"Kemudian syaratnya apa, itu ada semua di situ. Gajinya berapa, semua di situ, bahkan sekarang kita lagi survei permintaan tentang yang kaitan dengan 500 ribu (PMI)," ujarnya.
Hari ini (4/12), Kementerian P2MI melepas puluhan peserta yang telah menjalani pelatihan wellness therapist di Pulau Bali. Program wellness therapist merupakan inisiatif strategis Kementerian P2MI untuk membuka peluang kerja baru seiring pesatnya pertumbuhan industri kesehatan holistik global.
Pasalnya, kebutuhan tenaga profesional di bidang ini meningkat tajam, sehingga mendorong pemerintah merancang pelatihan yang berbeda dari kurikulum spa konvensional.
"Program ini dirancang untuk menjawab potensi pasar wellness dunia yang terus berkembang. Kurikulumnya lebih komprehensif dan memberi nilai tambah bagi peserta," kata Wakil Menteri P2MI Christina Aryani.
Sebagai bagian dari pelatihan, peserta memperoleh pembekalan dari Politeknik Pariwisata mengenai peran sebagai duta pariwisata, guna memperkuat kemampuan mereka dalam membawa citra positif Indonesia di lingkungan kerja internasional.
Peserta juga mendapat pelatihan meracik aromatherapy oil dan essential oil berbahan minyak atsiri melalui dukungan Kementerian Perindustrian.
Christina menjelaskan pada tahap awal, peserta akan ditempatkan di resor kelas dunia di Kepulauan Maladewa atau Maldives. Dari total 40 peserta, sebanyak 8 orang akan diberangkatkan dalam waktu dekat untuk bekerja di resort high-end.
Lihat Juga : |
Sementara peserta lainnya akan menyusul ditempatkan ke berbagai negara yang membutuhkan tenaga terampil di bidang wellness. Christina mengatakan program ini akan menjadi model penempatan baru yang direplikasi ke wilayah lain di Indonesia.
"Seperti halnya penempatan caregiver ke Singapura yang juga tengah berjalan, program wellness therapist ke Maldives ini akan kita duplikasi di daerah-daerah yang memiliki potensi, baik dari sisi sumber daya, minat masyarakat, maupun kesiapan lembaga pelatihannya. Penempatan akan selalu mempertimbangkan negara tujuan yang tepat, remunerasi yang baik dan perlindungan yang jelas," ujarnya.
Ia berharap inisiatif ini tidak hanya memperluas peluang kerja luar negeri, tapi juga meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia.
"Program ini kami dorong menjadi langkah strategis untuk memperkuat kompetensi nasional agar mampu bersaing di industri wellness global," ujarnya.
(kdf/pta)