PT SRM Buka Suara soal TKA China Diduga Serang TNI di Tambang Ketapang

CNN Indonesia
Selasa, 16 Des 2025 17:13 WIB
PT Sultan Rafli Mandiri (SRM) memberikan klarifikasi terkait dugaan penyerangan sejumlah TKA China terhadap anggota TNI di area tambang emas Ketapang, Kalbar.
PT Sultan Rafli Mandiri (SRM) memberikan klarifikasi terkait dugaan penyerangan sejumlah TKA China terhadap anggota TNI di area tambang emas Ketapang, Kalbar. Ilustrasi. (Dok. Istimewa via Detikcom).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM) memberikan klarifikasi terkait dugaan penyerangan sejumlah TKA China terhadap anggota TNI di area tambang emas di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Perusahaan membantah adanya aksi penyerangan maupun perusakan kendaraan perusahaan seperti yang beredar sebelumnya.

Direktur Utama PT SRM Li Changjin mempertanyakan keterlibatan aparat TNI dalam peristiwa yang terjadi di areal tambang PT SRM pada Minggu (14/12) sekitar pukul 15.40 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada apa kok TNI ikut-ikutan menduduki tambang yang diduga dikuasai secara ilegal, saat kasusnya masih berperkara di PTUN dan berada dalam penyelidikan Bareskrim Polri," ujar Li melalui keterangan resmi, Selasa (16/12).

Li membenarkan ada warga negara China yang merupakan staf teknis PT SRM menerbangkan drone di area tambang perusahaan.

Namun, ia membantah adanya penyerangan terhadap anggota TNI dari Batalyon Zeni Tempur 6/Satya Digdaya.

"Itu bukan area militer atau area yang dilarang. Kenapa tidak boleh menerbangkan drone di area tambang milik sendiri? Jadi ada pihak yang tidak suka, WNA yang mengoperasikan drone hingga akhirnya drone dan ponselnya disita," katanya.

Menurut Li, setelah peralatan disita, hasil perekaman drone dihapus, lalu drone dan ponsel tersebut dikembalikan. Ia menyebut staf teknis WNA China berada dalam kondisi ketakutan saat kejadian berlangsung.

"Pada saat kejadian, staf teknis kita bahkan dalam kondisi ketakutan karena drone dan HP langsung disita sama mereka. Siapa yang tidak takut dengan tentara, tapi apa kepentingan mereka di sana? Kami juga tidak tahu," ujarnya.

Li menegaskan Imran Kurniawan yang mengaku sebagai Chief Security PT SRM bukan merupakan pihak yang bertanggung jawab di perusahaan. Ia menyatakan Imran selama ini menduduki dan mengoperasikan fasilitas tambang emas PT SRM secara ilegal.

"Imran Kurniawan dan komplotannya sedang didalami oleh Bareskrim Polri diduga melakukan pendudukan secara ilegal dengan membuat anggaran dasar palsu dan pendaftaran palsu di Ditjen AHU. Dia bukan staf dan petugas PT SRM," kata Li.

Terkait tuduhan membawa senjata tajam, airsoft gun, hingga alat setrum, Li menyebut narasi tersebut tidak sesuai fakta.

"Staf SRM China ini tidak pernah melakukan tindakan ilegal termasuk merusak mobil SUV dan tidak pernah membawa senjata ilegal," ujarnya

Ia juga menyatakan tidak mengetahui adanya kendaraan perusahaan yang rusak berat, serta menegaskan mobil double cabin dengan nomor polisi L 8939 BE yang berada di lokasi bukan milik PT SRM.

Saat ini, menurut Li, proses hukum masih berjalan dan Bareskrim Polri tengah menyelidiki dugaan pendudukan ilegal, perusakan, dan pencurian aset perusahaan.

"Imran mendukung penjahat Liu Xiaodong yang tengah menjalani proses hukum dan telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim Polri terkait kasus pencurian dinamit dan listrik serta aset SRM," ujarnya.

Sementara itu, Markas Besar TNI menyatakan masih mengumpulkan dan memverifikasi informasi terkait dugaan penyerangan tersebut.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah mengatakan pihaknya belum memperoleh data lengkap mengenai kronologi maupun jumlah korban.

"Terkait informasi tersebut, saat ini TNI masih mengumpulkan dan memverifikasi data di lapangan," kata Freddy saat dikonfirmasi, Senin (15/12).

"Belum ada informasi yang komprehensif terkait kronologi maupun jumlah korban. Perkembangan selanjutnya akan kami sampaikan setelah data lengkap dan terkonfirmasi," tambahnya.

Terpisah, Kapolsek Tumbang Titi Iptu Made Adyana membenarkan adanya insiden keributan di kawasan tambang tersebut, namun menyebut kondisi terkini sudah kondusif.

"Sampai dengan saat ini situasi kondusif," ujarnya.

Sebanyak 15 WN China diduga terlibat keributan di kawasan perusahaan pertambangan emas di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, pada Minggu (14/12).

Dalam informasi awal disebutkan dugaan perusakan kendaraan dan penyerangan terhadap anggota TNI, serta klaim penggunaan senjata tajam, airsoft gun, dan alat setrum.

[Gambas:Video CNN]

(del/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER