KULINER KOTA JOKOWI

Cabuk Rambak, Makanan Klasik Khas Solo

CNN Indonesia
Rabu, 22 Okt 2014 09:58 WIB
Sebagai kota yang masih mempertahankan adat dan budaya tradisional Jawa, Solo juga tetap melestarikan dunia kuliner tradisionalnya. Salah satunya cabuk rambak.
Cabuk rambak dan ketan bubuk juruh, hidangan tradisional Solo (CNN Indonesia/Donatus Fernanda Putra)
Solo, CNN Indonesia -- Sebagai kota yang masih mempertahankan adat dan budaya tradisional Jawa, Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Solo juga tetap melestarikan dunia kuliner tradisionalnya. Salah satu kuliner tradisional Solo yang masih terus bertahan hingga kini adalah cabuk rambak.

Umumnya, cabuk rambak bisa ditemukan di penjual nasi liwet Solo. Sebagai penganan sela atau camilan tradisional, porsinya memang ‘imut’ sehingga tidak terlalu mengenyangkan.

Selagi berada di Solo, menujulah kami ke kawasan Jalan Yos Sudarso. Jelang malam, penjual nasi liwet dan cabuk rambak berjejeran di sepanjang jalan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bu Warni salah seorang penjual cabuk rambak di Solo (CNN Indonesia/Donatus Fernanda Putra)

Salah satu penjual cabuk rambak adalah Bu Warni. "Ini khas Solo, Mas. Di tempat lain enggak ada," kata Bu Warni berpromosi.

Satu porsi cabuk rambak berisi irisan ketupat yang disiram saus berwarna cokelat pucat, terbuat dari wijen dan parutan kelapa yang disangrai. Sebagai pelengkap, cabuk rambak disajikan bersama karak atau kerupuk yang terbuat dari nasi. Rasa cabuk rambak sendiri cenderung gurih.

Ternyata di warung Bu Warni juga ada penganan klasik lainnya, yaitu ketan bubuk juruh. Bentuk makanan ini sederhana sekali. Beras ketan yang dimasak diberi taburan bubuk kedelai dan parutan kelapa. Setelah itu, disiram juruh atau sirup gula merah. Meskipun tampilannya sederhana, ternyata rasanya sungguh nikmat.

Gurihnya ketan dan parutan kelapa berpadu dengan manis legit khas gula merah dari juruh. Sesekali terasa renyah saat menyendok bubuk kedelainya. Sajian tradisional khas Solo ini semakin terasa unik karena semuanya disajikan dengan alas pincuk atau daun pisang yang dilipat berbentuk kerucut.

Bernostalgia dengan makanan-makanan tradisional memang menawarkan pengalaman tersendiri bagi lidah masyarakat perkotaan yang biasa mengonsumsi makanan cepat saji. Selain lebih sehat, makanan klasik ini juga lebih murah. Satu porsi cabuk rambak dan ketan bubuk juruh masing-masing hanya Rp 4 ribu.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER