Solo, CNN Indonesia -- Jarum jam menunjukkan pukul 02.30 WIB. Dini hari, hanya satu dua kendaraan melintas di jalanan. Hawa dingin tidak menyurutkan niat untuk singgah ke Warung Gudeg Ceker Bu Kasno di Jalan Mongonsidi, Margoyudan.
Tampak deretan mobil dan motor diparkir di depan warung yang dapat ditempuh dari arah Stasiun Balapan, lurus ke arah timur sekitar satu kilometer.
Setiap hari, warung ini buka dari jam 01.30 sampai 07.00 WIB. Namun menjelang subuh, biasanya gudeg ceker sudah habis dibeli pelanggan. Meskipun hanya buka pada dini hari, gudeg ini menjadi incaran bagi para pemburu kuliner yang dilanda kelaparan selepas tengah malam. Bila akhir pekan tiba, antrean pengunjung memenuhi warung tenda berukuran sekitar 20 meter persegi itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Bu Kasno si pemilik warung melayani pecinta kuliner malam (CNN Indonesia/Donatus Fernanda Putra) |
Di dalam warung, Bu Kasno duduk dan siap melayani pesanan para pembeli. Di hadapannya ada baskom-baskom berisi gudeg, sambel goreng, ceker ayam, dan aneka lauk pauk seperti ayam, telur pindang, dan tahu tempe.
Pengunjung bisa memesan gudeg, lauk, dan cakar ayam sesukanya. Tidak jarang ada pembeli yang memesan cakar ayam hingga 10 buah. Uniknya, di warung ini tidak ada meja kursi. Pengunjung menyantap gudeg ceker sembari duduk berdempetan.
Seporsi gudeg dengan lauk ayam suwir dan tentu saja tiga ceker ayam diracik oleh Bu Kasno dengan sigap, kurang dari dua menit. Porsinya bisa dibilang sedikit. Tapi cocok untuk disantap pada jam makan yang tak lazim ini, khususnya bagi para ‘kalong’ yang menghindari konsumsi karbohidrat terlalu banyak.
Ditemani suara deru mesin bus-bus luar kota yang sesekali melintas, kami segera menyantap kuliner khas Solo ini.
Berbeda dengan gudeg Yogya yang rasanya dominan manis, gudeg racikan Bu Kasno cenderung lebih asin dan gurih. Sajian gudeg ceker terasa semakin nikmat dengan kuah serta bumbu areh berwarna putih pucat yang disiram di atasnya.
Sambel gorengnya juga istimewa. Kerupuk rambak kulit sapi benar-benar terasa. Jika masih merasa kurang pedas, pengunjung bisa bebas mengambil sambal matang yang tersedia di dalam wadah kendi.
Setelah mencicipi gudeg dan sambal goreng, tiba waktunya menjajal ceker atau kaki ayam yang kondang itu. Saat pertama mencecap, ceker ayam terasa sangat lembut. Sampai-sampai hanya dengan disesap, seluruh daging dari ceker ayam telah lumer di mulut. Rasa gurih dari santan terasa hingga ke dalam bagian tulang. Di tangan Bu Kasno, ceker ayam yang kaya akan protein dan kolagen berhasil disulap menjadi hidangan yang istimewa.
Pengorbanan menahan rasa kantuk pun terbayar lunas dengan lezatnya gudeg ceker racikan Bu Kasno. Harganya tidak terlalu mahal, hanya Rp 21 ribu untuk seluruh pesanan tersebut.
Saat ini Gudeg Ceker Bu Kasno sudah memiliki tiga cabang. Jika Anda enggan bangun tengah malam, Anda bisa mengunjungi cabangnya di pusat kuliner Gladak Langen Bogan (Galabo) Solo di Jalan Slamet Riyadi, mulai jam 17.30 WIB.