Jakarta, CNN Indonesia -- Perempuan Indonesia terlihat cantik kala sedang berkebaya, hal ini diakui oleh desainer busana Era Soekamto. Seperti koleksi-koleksi sebelumnya, Era masih mengangkat gaya busana perempuan Jawa ini.
Bertemakan 11:11 Memayu Hayuning Bawono, Era menampilkan koleksi gaun pengantin yang kental dengan nuansa kebaya modern. Ini adalah koleksi gaun pengantin kedua yang dibuatnya.
Desain-desain kebaya pengantin ini banyak didominasi dengan kebaya kutu baru yang dinilai jadul oleh anak muda. Tetapi Era memadukannya dengan sentuhan gaya busana
victorian agar kutu baru menjadi lebih modern dan berkelas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan gaun pengantin pada umumnya yang penuh dengan teknik payet, gaun pengantin di bawah label Era Soekamto Indonesia ini terlihat lebih sederhana dan ringan. Hanya saja, sederhana tak berarti buruk. Untuk menambah kesan elegan dan mewah sang ratu sehari, Era memberi aplikasi bunga, mutiara, dan kristal pada kebayanya.
Kesederhanaan desain Era ini merupakan penerjemahan dari tema besar yang diangkatnya, Memayu Hayuning Bawono. Secara harafiah, kalimat ini bermakna mempercantik sumber keindahan dunia.
Baginya, kecantikan sesungguhnya ada dari dalam diri, yang dapat ditampilkan dengan unsur kesederhanaan. "Saya ingin menunjukkan gaun pengantin yang internasional tetapi Jawani. Jawani menggambarkan perempuan yang lembut, sopan, dan cantik khas negeri Timur," kata Era saat diwawancarai CNN Indonesia seusai pergelaran busana di Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan, Jumat (24/10).
Koleksi yang terdiri dari 22 gaun ini menggunakan bahan renda,
tulle, sutera, monokrom batik, dan tenun dengan penyatuan konsep kain
wiron. Manipulasi teknik pola terlihat dari mantel tanpa lengan yang tampak terpisah dari gaun. Padahal, lengan gaun ini tidak terpisah. Warna putih,
off white, abu-abu muda,
peach, dan perak memberi kesan sakral. Mantel tanpa lengan panjang tampak selaras dengan gaun yang berbahan
tulle.
"Saya suka sekali manipulasi pola. Bagi saya ini layaknya
dance with the fabric,
dance with textile," kata Era kemudian tersenyum.
Keserderhanaan detail dan siluet kebaya ini memungkinkan para pemiliknya untuk menggunakannya kembali dalam berbagai kesempatan. "Pengantin sekarang lebih cerdas, mereka menginginkan gaun yang lebih efisien dan praktis," kata Era.
Kebaya ini dipadukan dengan kain-kain
wiron. "Kecantikan yang sesungguhnya dapat terpancar dari kesederhanaan," tuturnya.
Fesyen sebagai kerajaan bisnisDiakui oleh Era, fesyen bukan hanya soal tren, tetapi juga bisnis yang sangat besar. Seperti dilansir dari parekraf.go.id, fesyen merupakan industri kreatif kedua terbesar di sektor ekonomi kreatif. Pada 2013, industri fesyen menghasilkan Rp 181 triliun. Pertumbuhan sektor ini pada 2013 mencapai 6,4 persen, atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional dan juga pertumbuhan Ekonomi Kreatif secara menyeluruh yang hanya 5,76%.
Dari segi tenaga kerja, fesyen menyerap 3,8 juta orang tenaga kerja dari jumlah 11,9 juta orang tenaga kerja yang diserap di bidang ekonomi kreatif. Sementara, sumbangan fesyen di bidang ekspor adalah Rp 76 triliun. "Bila bicara soal fesyen, maka kita bicara dari hulu ke hilir, mulai dari pembuat benang, penenun, penjahit, desainer, sampai media. Desainer itu sendiri berperan sebagai penyambung dari hulu ke hilir," kata Era.
Selain mengurusi labelnya sendiri, desainer lulusan Lasalle International Fashion College Singapura ini juga menjadi
creative director Iwan Tirta. Menurutnya, manajemen jadi poin penting pengembangan bisnis fesyen. Manajemen bisnis, budaya, dan fesyen jadi unsur-unsur penting yang saling berkaitan.
"Manajemen itu soal bagaimana caranya batik yang pembuatannya memakan waktu tiga bulan ini dapat didistribusikan secara teratur ke 10 butik kami. Harus ada sistem yang mumpuni," katanya. Menurutnya, desain, pencitraan produk, dan teknologi harus berkolaborasi.
Pergelaran busana juga bukan hanya soal kreativitas dan pertunjukkan tren terbaru, tetapi juga harus mengandung unsur ekonomis. "Pergelaran fesyen sekaligus untuk cari investor, konsumen, dan kerja sama. Satu-satunya cara produk fesyen Anda berhasil adalah dengan mengerjakan sesuatu yang benar-benar bagus,"
Menurutnya, persaingan yang tinggi serta tren pasar yang terus berubah membuat pelaku industri fesyen harus terus memperbarui dirinya dengan melakukan riset konsumen.