WOMEN'S FASHION POWER

Fesyen Tak Sekadar Gaya Busana

CNN Indonesia
Selasa, 28 Okt 2014 10:24 WIB
Women Fashion Power sebuah pameran yang bercerita tentang kekuatan sebuah fesyen akan diselenggarakan di Design Museum, London.
Vivienne Westwood adalah salah satu perempuan yang berpengaruh di dunia fesyen (Getty Images/Pascal Le Segretain)
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak orang menganggap remeh soal fesyen. Padahal,sebenarnya fesyen adalah salah satu sarana ekspresi diri. Selain itu, fesyen juga termasuk cara pemberdayaan seseorang untuk membangun reputasi diri, menarik perhatian dan juga menegaskan otoritas diri.

Demi memperkenalkan sudut pandang ini, Women Fashion Power, sebuah pameran fesyen akan diadakan di Design Museum, London, Inggris. Pameran ini akan dimulai tanggal 29 Oktober 2014 sampai 26 April 2015 mendatang.

Dilansir dari Women's Wear Daily, penulis artikel fesyen, Colin McDowell, dan Donna Loveday, kepala kurator Design Museum. Pameran ini sendiri digagas oleh Zaha Hadid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pameran ini memiliki pesan yang positif. Fesyen itu bukan hal yang bodoh. Tetapi fesyen adalah cara untuk mengekspresikan diri lewat apa yang Anda pakai," kata Donna Loveday.

Selain memberi sudut pandang lain tentang fesyen, pameran ini memiliki agenda untuk mempertegas peran perempuan dalam menentukan kebebasan mereka untuk berbusana.

"Perempuan bisa lebih bebas untuk memakai apa pun yang mereka rasa nyaman dan cantik. Pesannya, kita bisa pakai apa yang kita ingin pakai," ujarnya.

Loveday juga banyak berbicara tentang bagaimana perempuan memanfaatkan gaya berbusananya untuk berbagai hal. Menurutnya, fesyen merupakan sebuah aturan dinamis tentang hubungan perempuan dengan busana, dan perempuan bukanlah budak dari tren busana.

Baginya, pameran ini merupakan awal dari sebuah percakapan positif antara perempuan, busana dan kekuatan diri. Perempuan, fesyen dan komunitas merupakan sebuah kekuatan dari berbusana. Ia menginginkan, semua orang tak lagi berpandangan sempit tentang arti fesyen. Ia menambahkan, sebenarnya, fesyen adalah sebuah bahasa.

"Busana memberi Anda kesempatan untuk berbaur dalam keramaian atau untuk menonjol dari keramaian. Tujuan saya, adalah untuk terlihat menonjol dari keramaian berwarna hitam, navy dan abu-abu. Sebuah warna cerah akan membuat orang-orang mengenali dan mengingat Anda. Dan ketika Anda sudah punya daya tarik tersendiri, banyak orang akan lebih terbuka untuk mendengarkan Anda," kata Morwenna Wilson dari King's Cross Construction Projects yang juga ikut serta dalam pameran ini.

Lady Di, Anne Hidalgo sampai Naomi Campbell

Dalam pameran, Loveday menjanjikan hadirnya sebuah ruang khusus yang dikhususkan sebagai ruangan untuk mengenali kekuatan lewat busana. Di dalamnya, akan ada foto-foto Boudicca, Ratu Elizabeth I sampai Hillary Clinton.

Pameran ini juga akan menampilkan sederet gaya-gaya busana perempuan, dari para Putri Inggris, model, CEO, sampai desainer Inggris yang menggunakan fesyen untuk mendefinisikan dan meningkatkan posisi mereka di mata dunia.

"Beberapa perempuan menempatkan diri mereka di dunia fesyen, atau bahkan memiliki follower yang banyak karena gaya busananya. mereka menciptakan gaya busana mereka, untuk menunjukkan apa dan siapa diri mereka," katanya menambahkan.

Women's Fashion Power akan memperlihatkan gaya busana para penulis di tahun 1840-an, Vivienne Westwood, sampai Margaret Thatcher. Dalam pameran juga akan diperlihatkan busana yang sudah berusia 150 tahun. Sebuah korset yang dipakai oleh penulis buku era Victorian, Charlotte Elizabeth Tonna pada tahun 1841 juga akan diperlihatkan. Korset ini juga akan diperlihatkan bersama kalimat populernya, "There can be no doubt that the hand which first encloses the waist of a girl in these cruel contrivances, supplying her with a fictitious support, where the hand of God has placed bones and muscles that ought to be brought into vigorous action, lays the foundation of bitter suffering."

(Tidak ada keraguan bahwa "tangan pertama yang memeluk pinggang seorang perempuan" adalah sebuah rencana yang kejam, memberi mereka sebuah harapan fiktif, di mana tangan Tuhan sudah memberikan tulang dan otot yang bisa digunakan untuk menopang dengan kuat, hal ini memberikan sebuah dasar penderitaan yang menyakitkan).

Pameran juga akan memperlihatkan masa di mana perempuan mulai menggunakan celana panjang. Era ini diprakarsai oleh editor koran di Amerika, Ameli Jenks Bloomer di tahun 1851. Namun, di eksibisi ini juga akan memperlihatkan bagaimana Greta Garbo dan Katharine Hepburn memodifikasi gaya celana mereka.

Gaya rok pendek ala pemain tenis, Suzanne Lenglen yang mengejutkan publik di tahun 1920 juga akan ditampilkan. Demikian pula dengan gaya Duchess of Sutherland yang tampil gaya kala menonton pertandingan olahraga.

Tak ketinggalan, gaun sekuin hitam Lady Di yang didesain oleh Jacques Azagury akan menarik perhatian para pengunjung.

Sekitar 25 perempuan yang dinilai paling berpengaruh di dunia fesyen seperti Naomi Campbell, Miriam Gonzalez Durantez, Julia Peyton-Jones (Directur Serpentine Galleries), Anne Hidalgo (Gubernur Paris), Qiong-er Jiang (Artistik Director Shangxia), Charlotte Olympia (desainer), Zandra Rhodes (desainer) dan lainnya, akan ikut berpartisipasi.

Setiap perempuan yang ikut dalam pameran ini menyumbangkan beberapa busananya untuk dipamerkan. Miriam Gonzales Durantes misalnya, ia menyumbangkan sebuah gaun Zara merah yang dipakainya kala menemani suaminya berbicara di konferensi Lib Dem, tahun lalu.

"Saya sangat bangga karena dia bisa ikut dalam pameran ini. Istri politisi, ibu negara atau perempuan yang duduk di pemerintahan terkadang mendapat sorotan publik yang tidak adil tentang apa yang mereka pakai," kata Loveday.

Mereka juga diminta untuk menceritakan filosofi gaya personal mereka. Sedangkan busana-busana milik aktris atau penulis legendaris akan disandingkan dengan kalimat mereka yang paling terkenal seputar fesyen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER