Jakarta, CNN Indonesia -- Peristiwa London Beer Flood pada 17 Oktober 1814 menjadi salah satu sejarah paling fenomenal tentang bir. Gelombang pasang setinggi minimal 15 meter itu berasal dari satu juta liter volume bir.
Dua ratus tahun dari saat ini, tong rusak di Horse Shoe Brewery di Tottenham Court Road membanjiri area setempat dengan porter (bir hitam yang dihasilkan dari pengeringan suhu tinggi), bir hitam asli lokal, menewaskan delapan orang, dan menghancurkan beberapa rumah.
Seperti dikutip dari laman Independent, George Crick, petugas yang berjaga menuturkan pada sebuah koran pada zaman itu tentang peristiwa tersebut pada sebuah koran saat itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya berada di panggung yang jaraknya sekitar 30 meter dari tong itu saat meledak. Saya mendengar kecelakaan tersebut sambil pergi ke luar, dan bergegas lari ke gudang tempat tong itu diletakkan," kata George yang kisahnya tertuang dalam buku
Amber, Gold and Black: The History of Britain's Great Beers.Saya berada di panggung yang jaraknya sekitar 30 meter dari tong itu saat meledak.George Crick |
Peristiwa itu sungguh mengerikan. Menjatuhkan lebih dari empat korban jiwa dan beberapa bangunan karena tekanan air bir yang besar. Sekitar 8 ribu dan 9 ribu barel bir hitam hilang.
Gelombang bir membanjiri daerah kumuh terdekat, St Giles Rookery. Bir membanjiri ruang bawah tanah, di mana seluruh keluarga tinggal. Beberapa penduduk bertahan hidup dengan memanjat potongan furnitur.
Namun yang lainnya tidak beruntung. Hannah Banfield, seorang gadis kecil, saat itu sedang minum teh dengan ibunya Mary di rumah mereka di New Street saat banjir melanda. Ibu dan putrinya itu hanyut dalam arus, dan binasa.
Setelah peristiwa naas tersebut, setiap orang yang ingin melihat reruntuhan tong bir dikenakan biaya satu sen atau dua sen. Ratusan pengunjung datang menyaksikan lokasi mengerikan tersebut. Namun respon masyarakat lokal terhadap bencana cukup baik. Para pengunjung tidak berisik saat berada di lokasi tersebut.
Bahkan, rumor tentang masyarakat yang mengumpulkan bir di panci dan wajan tidak benar adanya. Martyn Cornell, penulis buku
Amber, Gold and Black: The History of Britain's Great Beers menjelaskan, tidak satu pun koran di London melaporkan seseorang berusaha untuk minum bir setelah banjir bir tersebut.
Malahan menurut laporan orang-orang yang berkumpul bersikap sangat baik. Hanya ke belakang cerita tentang kerusuhan dan orang mabuk mulai berkembang. Ini tampaknya dipicu oleh pikiran untuk apa yang seharusnya terjadi, bukan apa yang terjadi.
Hasil penyelidikan menyebut ada indikasi tong bir tersebut tidak stabil di awal sore pada 17 Oktober 2 abad lalu itu. Salah satu lingkaran logam yang mengikat tong tersebut tersentak ke luar bersamaan.
Juri pengadilan menyatakan pabrik bir bersih dari kesalahan, mengingat itu adalah perisitiwa kehendak Tuhan yang tidak bisa dihindari. Henry Meux & Co., sang pemilik, menerima pengembalian cukai bir yang mereka bayar untuk memproduksi bir yang hilang tersebut.
Ada satu orang yang menyebut dirinya sebagai 'teman kemanusiaan' mengirim surat pada koran Morning Post. Menurutnya kecelakaan tersebut seharusnya sudah dapat diramalkan.
"Saya berpendapat banyak pabrik bir dan tempat penyulingan di kota metropolitan ini adalah pendiriannya sangat berbahaya dan tidak boleh diizinkan di jantung kota," tulis koresponden.
Segera setelah kecelakaan tersebut The Horse Brewery Shoe membuka kembali pabrik birnya. Perusahaan tersebut hanya ditutup pada 1921, dan digantikan oleh Teater Dominion. Adegan mengerikan yang terjadi 200 tahun lalu itu sudah dilupakan. Meski begitu, sebuah pub lokal The Holborn Whippet membuat peringatan khusus setiap tahun atas peristiwa tersebut.