JAKARTA FASHION WEEK 2015

Inspirasi Tegel Belanda dan Drama Korea

CNN Indonesia
Selasa, 04 Nov 2014 17:45 WIB
Ada "perang" Barat dan Timur di Jakarta Fashion Week 2015 semalam (3/11). Kreasi busana yang terinspirasi Korea Selatan, Belanda, Jepang, dan Inggris.
Koleksi Yosafat Dwi Kurniawan JFW 2015 semalam (3/11) terinspirasi The Masquarade. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk negara-negara maju yang masih menjunjung tinggi budayanya. Sebut saja, Korea Selatan, Jepang, Belanda dan Inggris di mana industri kreatifnya sangat maju dan inspiratif, tanpa meninggalkan unsur lokalitas.

Panggung runway Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 semalam (3/11) menghadirkan "perang" Barat dan Timur. Desainer lokal dan internasional bekerja sama dengan pusat kebudayaan keempat negara tersebut di Indonesia, yaitu Korean Cultural Center, Japan Foundation, Erasmus Huis, dan British Council.

Budaya Timur

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Korea

Hallyu atau gelombang Korea masih menggelora. Kaum muda di dunia, tak terkecuali Indonesia, pun tertular budaya Korea. Gaya khas Korea menjadi inspirasi bagi label busana Monday to Sunday dan Yosafat Dwi Kurniawan yang didukung Korean Cultural Center.

Serial drama terkenal, Coffee Prince, menginspirasi Monday to Sunday untuk menciptakan busana sesuai tren urban Korea. Koleksi busananya mengingatkan pada gaya para pemeran serial tersebut, Yoon Eun-hye, Gong Yoo, Lee Sun-kyun, and Chae Jung-an.

Dengan penuh kreativitas, Monday to Sunday menciptakan palet busana dengan gradasi warna abu-abu, putih dan hitam. Koleksi busananya memiliki siluet simpel, seperti dress panjang sleeveless, kaus, rok panjang, atasan one shoulders.

Menggunakan teknik draping dan memadukan aneka motif yang berbeda dalam satu busana, busananya mirip teknik patchwork terstruktur. Namun jumpsuit kotak-kotak berwarna abu-abu terlihat over ruffles di bagian kakinya.

Sementara itu, Yosafat Dwi Kurniawan terinspirasi film Masquerade yang berlatar belakang kerajaan Joseon. Film yang diperankan oleh Lee Byung-Hun dan Han Hyo-Joo ini juga banyak mengangkat elemen budaya tradisional Korea.

Gaya ini diterjemahkannya dengan aplikasi beads untuk menyambungkan belahan kain di beberapa bagian. Koleksinya meliputi gaun body contour selutut, juga aplikasi cut out dengan tambahan bahan transparan, rok lonceng, dan gaun berpanel.

Jepang

Albert Yanuar dan Jenahara terpilih untuk mewujudkan sentuhan Jepang dalam koleksi busana mereka. Albert, yang dikenal sebagai desainer luxury ready to wear, memadukan ciri khas busananya dengan anime Jepang. Kreasi ini diberinya tema The Snow Queen.

Lewat busana berwarna cerah, ia menghadirkan nuansa sang ratu salju. Gaun mini dengan detail motif serta paduan warna merah dan putih. Ia juga menampilkan gaun berpotongan simetri, rok pendek, rok panjang bersiluet tinggi dan bersayap

Yang menarik, ia juga menghadirkan gaya khasnya, transformasi gaun. Potongan rok bawah gaun A-line diubah menjadi blazer dan menyisakan gaun body contour. Sebagai puncaknya, ia menghadirkan sebuah gaun putih yang mirip gaun pengantin.

Gaun ini dilapisi rok tipis lebar yang bisa dilepas dan direka menjadi jubah, layaknya jubah sang ratu. "Dari dulu saya suka anime Jepang yang bisa berubah wujud," ujar Albert. “Ini salah satu alasan saya suka membuat busana transformasi.”

Gaya khas Jepang lainnya juga dihadirkan desainer Jenahara dalam koleksi busana muslim bertema Insectology. "Ini sentuhan yang beda untuk busana muslim karena bergaya serangga," kata Jenahara tanpa merinci lebih jauh mengapa memilih serangga.

Jenahara memberi ornamen kumbang, kupu-kupu, dan capung sebagai aplikasi busananya. Sayangnya, di beberapa aplikasi terlihat  sedikit kusut, karena tak semua bagian dijahitkan ke kain. Meski pun demikian berhasil menampilkan kesan hidup.

Perempuan yang akrab disapa Jehan ini juga membuat gaun lebar yang bermotif layaknya sayap kupu-kupu. Gaunnya dibuat melebar di bagian tangan dan beri "penjepit batas" lengan berbentuk capung di bagian belakangnya.

Kreasi Kitty Joseph yang clean and sharp di JFW 2015 semalam (3/11). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Budaya Barat

Inggris

Kali ini, British Council tak menggandeng desainer Indonesia, melainkan mendatangkan Kitty Joseph. Desainer kenamaan Inggris yang menjadi favorit Lady Gaga dan Zandra Rhodes ini mengambil inspirasi pemandangan dari studionya di London.

Menampilkan gaya urban modern, siluet busananya tergolong clean dan sharp. Seperti ciri khasnya selama ini, Kitty tak banyak bermain dengan aplikasi dan cutting. "Saya suka bermain warna di setiap koleksi," kata Kitty saat konferensi pers, Senin (3/11).

Aksen motif print dengan teknik post digi yang menjadi signature style-nya ditampilkan untuk membentuk motif warna gradasi dan aksen geometris yang menggambarkan bentuk teralis jendela. Secara keseluruhan, kreasinya sangat segar dan memikat mata.

Koleksi Toton yang diperagakan model di JFW 2015 semalam (3/11). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Belanda

Di antara sekian banyak peninggalan kolonial Belanda di Indonesia, salah satunya tegel atau ubin. Erasmus Huis memberi tantangan kepada Vinora Ng dan Toton untuk membangkitkan kembali memori budaya Belanda lewat Revival of Tegel Belanda.

"Dulu, di rumah Opa saya masih pakai tegel Belanda, motifnya bagus-bagus," kata Vinora Ng saat konferensi pers. Ia menambahkan, tegel-tegel ini memberi inspirasi pada warna busana ciptaannya, yaitu biru, abu-abu, putih, krem, dan hitam.

Vinora menghadirkan kreasi unik berupa gaun body contour, blazer tanpa lengan, rok bersiluet panjang, dan coat panjang biru. Sementara bagi Toton, tegel Belanda ini “sama seperti kebudayaan kita, banyak yang bercampur jadi satu.”

Jika biasanya Toton banyak menghadirkan busana hitam dan putih, kali ini ia lebih berani bermain warna. Ia memadukan warna cerah dengan berbagai detail seperti beads, draperi tumpuk, dan motif gambar seperti yang terlihat pada tegel.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER