Jakarta, CNN Indonesia -- Inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk negara-negara maju yang masih menjunjung tinggi budayanya. Sebut saja, Korea Selatan, Jepang, Belanda dan Inggris di mana industri kreatifnya sangat maju dan inspiratif, tanpa meninggalkan unsur lokalitas.
Panggung
runway Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 semalam (3/11) menghadirkan "perang" Barat dan Timur. Desainer lokal dan internasional bekerja sama dengan pusat kebudayaan keempat negara tersebut di Indonesia, yaitu Korean Cultural Center, Japan Foundation, Erasmus Huis, dan British Council.
Budaya Timur
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KoreaHallyu atau gelombang Korea masih menggelora. Kaum muda di dunia, tak terkecuali Indonesia, pun tertular budaya Korea. Gaya khas Korea menjadi inspirasi bagi label busana Monday to Sunday dan Yosafat Dwi Kurniawan yang didukung Korean Cultural Center.
Serial drama terkenal,
Coffee Prince, menginspirasi Monday to Sunday untuk menciptakan busana sesuai tren urban Korea. Koleksi busananya mengingatkan pada gaya para pemeran serial tersebut, Yoon Eun-hye, Gong Yoo, Lee Sun-kyun, and Chae Jung-an.
Dengan penuh kreativitas, Monday to Sunday menciptakan palet busana dengan gradasi warna abu-abu, putih dan hitam. Koleksi busananya memiliki siluet simpel, seperti
dress panjang
sleeveless, kaus, rok panjang, atasan
one shoulders.Menggunakan teknik
draping dan memadukan aneka motif yang berbeda dalam satu busana, busananya mirip teknik
patchwork terstruktur. Namun
jumpsuit kotak-kotak berwarna abu-abu terlihat o
ver ruffles di bagian kakinya.
Sementara itu, Yosafat Dwi Kurniawan terinspirasi film
Masquerade yang berlatar belakang kerajaan Joseon. Film yang diperankan oleh Lee Byung-Hun dan Han Hyo-Joo ini juga banyak mengangkat elemen budaya tradisional Korea.
Gaya ini diterjemahkannya dengan aplikasi beads untuk menyambungkan belahan kain di beberapa bagian. Koleksinya meliputi gaun
body contour selutut, juga aplikasi
cut out dengan tambahan bahan transparan, rok lonceng, dan gaun berpanel.
JepangAlbert Yanuar dan Jenahara terpilih untuk mewujudkan sentuhan Jepang dalam koleksi busana mereka. Albert, yang dikenal sebagai desainer
luxury ready to wear, memadukan ciri khas busananya dengan
anime Jepang. Kreasi ini diberinya tema
The Snow Queen.Lewat busana berwarna cerah, ia menghadirkan nuansa sang ratu salju. Gaun mini dengan detail motif serta paduan warna merah dan putih. Ia juga menampilkan gaun berpotongan simetri, rok pendek, rok panjang bersiluet tinggi dan bersayap
Yang menarik, ia juga menghadirkan gaya khasnya, transformasi gaun. Potongan rok bawah gaun A-line diubah menjadi blazer dan menyisakan gaun
body contour. Sebagai puncaknya, ia menghadirkan sebuah gaun putih yang mirip gaun pengantin.
Gaun ini dilapisi rok tipis lebar yang bisa dilepas dan direka menjadi jubah, layaknya jubah sang ratu. "Dari dulu saya suka
anime Jepang yang bisa berubah wujud," ujar Albert. “Ini salah satu alasan saya suka membuat busana transformasi.”
Gaya khas Jepang lainnya juga dihadirkan desainer Jenahara dalam koleksi busana muslim bertema
Insectology. "Ini sentuhan yang beda untuk busana muslim karena bergaya serangga," kata Jenahara tanpa merinci lebih jauh mengapa memilih serangga.
Jenahara memberi ornamen kumbang, kupu-kupu, dan capung sebagai aplikasi busananya. Sayangnya, di beberapa aplikasi terlihat sedikit kusut, karena tak semua bagian dijahitkan ke kain. Meski pun demikian berhasil menampilkan kesan hidup.
Perempuan yang akrab disapa Jehan ini juga membuat gaun lebar yang bermotif layaknya sayap kupu-kupu. Gaunnya dibuat melebar di bagian tangan dan beri "penjepit batas" lengan berbentuk capung di bagian belakangnya.
 Kreasi Kitty Joseph yang clean and sharp di JFW 2015 semalam (3/11). (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Budaya BaratInggrisKali ini, British Council tak menggandeng desainer Indonesia, melainkan mendatangkan Kitty Joseph. Desainer kenamaan Inggris yang menjadi favorit Lady Gaga dan Zandra Rhodes ini mengambil inspirasi pemandangan dari studionya di London.
Menampilkan gaya urban modern, siluet busananya tergolong
clean dan
sharp. Seperti ciri khasnya selama ini, Kitty tak banyak bermain dengan aplikasi dan
cutting. "Saya suka bermain warna di setiap koleksi," kata Kitty saat konferensi pers, Senin (3/11).
Aksen motif print dengan teknik
post digi yang menjadi
signature style-nya ditampilkan untuk membentuk motif warna gradasi dan aksen geometris yang menggambarkan bentuk teralis jendela. Secara keseluruhan, kreasinya sangat segar dan memikat mata.
 Koleksi Toton yang diperagakan model di JFW 2015 semalam (3/11). (CNN Indonesia/Safir Makki) |
BelandaDi antara sekian banyak peninggalan kolonial Belanda di Indonesia, salah satunya tegel atau ubin. Erasmus Huis memberi tantangan kepada Vinora Ng dan Toton untuk membangkitkan kembali memori budaya Belanda lewat
Revival of Tegel Belanda."Dulu, di rumah Opa saya masih pakai tegel Belanda, motifnya bagus-bagus," kata Vinora Ng saat konferensi pers. Ia menambahkan, tegel-tegel ini memberi inspirasi pada warna busana ciptaannya, yaitu biru, abu-abu, putih, krem, dan hitam.
Vinora menghadirkan kreasi unik berupa gaun
body contour, blazer tanpa lengan, rok bersiluet panjang, dan
coat panjang biru. Sementara bagi Toton, tegel Belanda ini “sama seperti kebudayaan kita, banyak yang bercampur jadi satu.”
Jika biasanya Toton banyak menghadirkan busana hitam dan putih, kali ini ia lebih berani bermain warna. Ia memadukan warna cerah dengan berbagai detail seperti beads, draperi tumpuk, dan motif gambar seperti yang terlihat pada tegel.